VOA - Juru bicara penanganan pengungsi Rohingya dan Kabag Humas Pemerintah Kota (Pemko) Lhokseumawe, Marzuki mengatakan rombongan etnis Muslim Rohingya itu langsung menjalani rapid test setelah dievakuasi ke gedung Balai Latihan Kerja (BLK) di Desa Mee Kandang, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, Aceh. Namun, belum diketahui hasil dari rapid test Covid-19 tersebut.
"Tadi sore sudah mulai dilakukan rapid test oleh Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe," kata Marzuki saat dihubungi VOA, Senin (7/9) malam.
Marzuki melanjutkan, satu dari 297 orang etnis Muslim Rohingya yang ditemukan di perairan Aceh tepatnya di Desa Ujung Blang, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, pada Senin (7/9) pukul 01.00 WIB, ditemukan sedang sakit. Ia langsung dirujuk ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia, Kota Lhokseumawe.
"Tadi malam mereka menurut petugas dari TNI dari ratusan orang itu ada satu orang yang sakit sesak napas dan langsung dirujuk ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia untuk mendapatkan penanganan medis. Sedangkan yang lainnya masih dalam kondisi sehat," ujar Marzuki.
Terkait penanganan selanjutnya rombongan pengungsi etnis Muslim Rohingya, Pemko Lhokseumawe saat ini belum bisa memastikan ratusan orang itu akan menetap di Aceh atau tidak. Saat ini Pemko Lhokseumawe sedang menanti keputusan dari pemerintah pusat terkait penanganan pengungsi etnis Muslim Rohingya itu.
"Ini yang lebih berwenang adalah pemerintah pusat. Jadi Pemko Lhokseumawe di sini hanya memfasilitasi saja," ungkap Marzuki.
Pemko Lhokseumawe juga belum bisa menjelaskan tujuan utama rombongan pengungsi etnis Muslim Rohingya yang terdampar di perairan Aceh.
"Ini belum bisa kami lakukan penyelidikan. Kami belum tahu kenapa mereka harus ke sini, dan siapa yang bawa ke sini. Itu belum bisa diidentifikasi persoalan tersebut," ucap Marzuki.
UNHCR : Ratusan Pengungsi Sudah Berada di Laut Selama 7 Bulan
Sementara itu, Direktur Komisariat Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Asia dan Pasifik, Indrika Ratwatte mengatakan ratusan pengungsi yang tiba di Lhokseumawe itu telah berada di lautan selama tujuh bulan.
BACA JUGA: Ratusan Rohingya Terdampar di Pantai Aceh"Rombongan itu telah berulang kali mencoba turun dari perahu selama lebih dari 200 hari di laut, tetapi gagal. Para pengungsi melaporkan bahwa puluhan orang meninggal selama perjalanan. UNHCR serta pihak lainnya telah berulang kali memperingatkan tentang konsekuensi mengerikan jika pengungsi Rohingya di laut tidak diizinkan mendarat dengan aman dan bijaksana," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima VOA.
Amnesty International Indonesia Serukan Keterlibatan Pemerintah Pusat
Sementara Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menyerukan kepada pemerintah pusat untuk tidak lagi menyerahkan pengurusan para pengungsi ini pada warga dan pemerintah lokal.
“Sungguh mengerikan mengetahui bahwa pihak berwenang di Indonesia menunggu inisiatif nelayan lokal untuk menyelamatkan para pengungsi ini. Pemerintah-lah yang seharusnya melakukan aksi ini, bukan warga. Pemerintah pusat sekarang harus memastikan bahwa mereka yang mendarat dipenuhi kebutuhannya, termasuk makanan, tempat tinggal dan layanan kesehatan dasar yang meliputi perlindungan dari wabah Covid-19. Mereka juga harus membantu pemerintah daerah untuk menangani para pengungsi,” ujarnya.
Your browser doesn’t support HTML5
297 orang pengungsi etnis Muslim Rohingya itu diketahui menumpang sebuah kapal kayu dengan panjang sekitar 13 meter dan lebar empat meter. Mereka kemudian dievakuasi dari bibir tepi pantai ke gedung BLK Kota Lhokseumawe, Senin (7/9) pada pukul 10.00 WIB.
Dari 297 orang, ada 181 perempuan, dan 102 laki-laki, serta 14 anak-anak. Beberapa sumber mengatakan sedikitnya 30 orang yang meninggal dunia selama perjalanan, jenazahnya dibuang ke laut. [aa/em]