Tiga bayi meninggal kedinginan karena tidur di tenda-tenda pengungsian dengan suhu yang mencapai titik terendah 13 Celcius minggu ini. Hal ini disampaikan Direktur Bangsal Anak-Anak RS Nasser, Ahmed Al-Farra, kepada Associated Press, setelah menerima jasad ketiga bayi dalam waktu 48 jam terakhir. Ketiganya meninggal karena hipotermia, atau kondisi ketika suhu tubuh turun drastis di bawah 35 derajat Celsius.
Ketiga bayi itu adalah Sila Mahmoud Al-Faseeh yang berusia 21 hari, seorang bayi berusia satu bulan, dan seorang bayi lainnya yang baru berusia tiga hari.
Al Farra mengatakan saat dilahirkan ketiganya tidak memiliki masalah kesehatan.
Musim Dingin di Gaza, Pengungsi Bertahan di Tenda-tenda Darurat
Keluarga Al-Faseeh tinggal di sebuah tenda di daerah pesisir Muwasi, Khan Younis, setelah mengungsi dari Kota Gaza. Ayah Sila, Mahmoud Al Faseeh mengatakan telah membungkus Sila dengan selimut, tetapi hal ini tetap tidak cukup untuk membuatnya hangat di dalam tenda yang tidak tertutup rapat, senantiasa diterpa udara dingin, dengan lantai tanah yang juga dingin.
“Malam itu sangat dingin dan sebagai orang dewasa kami bahkan tidak tahan. Kami tidak bisa menghangatkan diri,” katanya. “Ketika kami bangun, kami menemukan Sila menggigit lidahnya dan tubuhnya seperti kayu.”
Sebuah video viral yang dibagikan oleh Muneer Al-Boursh menunjukkan tubuh Sila yang terbungkus selimut bayi dengan wajah pucat membiru dan bibir membeku.
Bayi itu hidup dengan susu formula yang hampir tidak mencukupi karena ibunya mengalami kekurangan gizi dan tidak dapat menyusuinya.
BACA JUGA: Direktur RS di Gaza: Serangan Israel terhadap Rumah Sakit 'Mengerikan'Menurut ayahnya, Sila biasanya menangis dan terbangun tiga kali dalam semalam, tetapi ia tidak lagi menangis pada Rabu dini hari (25/12). Mahmoud segera melarikannya ke rumah sakit lapangan milik Inggris di mana para dokter mencoba menyadarkannya, namun kondisi paru-parunya sudah memburuk.
Mahmoud mengatakan mereka sangat kekurangan pakaian, kasur, dan selimut untuk menghangatkan diri di musim dingin ini, dan sebagian besar bergantung pada dapur umum untuk makan sehari-hari.
Kekhawatiran telah meningkat di Jalur Gaza yang kini dilanda musim dingin, di mana sekitar dua juta orang Palestina mengungsi karena berlarut-larutnya perang Israel dengan Hamas selama hampir 15 bulan ini.
Para pekerja bantuan mengatakan telah terjadi kekurangan selimut dan pakaian hangat, sementara hanya ada sedikit kayu untuk api unggun. Tenda-tenda dan terpal yang ditambal-tambal yang menjadi tempat penampungan keluarga-keluarga Palestina yang terpaksa mengungsi, telah menjadi semakin lapuk setelah berbulan-bulan digunakan. [em/ka]