Sungai-sungai di wilayah ini meluap dan merusak bantarannya, membuat air bah membanjiri Manado dan daerah sekitarnya, menyapu kendaraan dan bangunan.
MANADO —
Sedikitnya 13 orang tewas dan 40 ribu lainnya mengungsi setelah hujan deras memicu banjir bandang dan tanah longsor di Sulawesi Utara, menurut pihak berwenang, Kamis (16/1).
Sungai-sungai di wilayah ini meluap dan merusak bantarannya, membuat air bah membanjiri Manado dan daerah sekitarnya, menyapu kendaraan dan bangunan-bangunan berkonstruksi buruk.
Warga mengarungi air setinggi pinggang untuk menyelamatkan diri, sementara yang lain naik perahu karet untuk menghindari banjir yang meninggi dengan cepat.
Banyak diantara mereka kemudian tinggal di gedung-gedung pemerintahan dan gereja.
Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menggambarkan banjir bandang tersebut sebagai "masif", dengan menambahkan bahwa hujan juga memicu tanah longsor di wilayah berbukit tersebut.
"Tiga belas orang tewas, dua hilang dan 40.000 telah dievakuasi," ujarnya.
Kepala BNPB Sulawesi Utara Noldy Liow mengatakan jumlah korban tewas dapat terus naik, "kami perkirakan hujan lebat akan terus turun dalam dua sampai tiga hari mendatang."
Enam kabupaten dan kota di provinsi tersebut terdampak, ujar Nugroho, dengan ibukota Manado menghadapi situasi paling parah.
Liow mengatakan banjir dan tanah longsor terjadi di seluruh provinsi pada Rabu. Ia menambahkan lima orang tewas karena banjir di Manado, lima karena tanah longsor di Tomohon dan sisanya di kabupaten Minahasa karena tanah longsor.
Lebih dari 1.000 rumah tergenang banjir di lima kabupaten lain di provinsi itu, ujar Liow. Polisi dan tentara kesulitan menjangkau 1.000 orang yang terisolasi di tiga dusun setelah banjir menghancurkan satu-satunya jembatan, tambahnya.
"Banyak orang tenggelam atau terkubur lumpur... mereka tidak sempat menyelamatkan diri," ujar Liow. (AFP/AP)
Sungai-sungai di wilayah ini meluap dan merusak bantarannya, membuat air bah membanjiri Manado dan daerah sekitarnya, menyapu kendaraan dan bangunan-bangunan berkonstruksi buruk.
Warga mengarungi air setinggi pinggang untuk menyelamatkan diri, sementara yang lain naik perahu karet untuk menghindari banjir yang meninggi dengan cepat.
Banyak diantara mereka kemudian tinggal di gedung-gedung pemerintahan dan gereja.
Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menggambarkan banjir bandang tersebut sebagai "masif", dengan menambahkan bahwa hujan juga memicu tanah longsor di wilayah berbukit tersebut.
"Tiga belas orang tewas, dua hilang dan 40.000 telah dievakuasi," ujarnya.
Kepala BNPB Sulawesi Utara Noldy Liow mengatakan jumlah korban tewas dapat terus naik, "kami perkirakan hujan lebat akan terus turun dalam dua sampai tiga hari mendatang."
Enam kabupaten dan kota di provinsi tersebut terdampak, ujar Nugroho, dengan ibukota Manado menghadapi situasi paling parah.
Liow mengatakan banjir dan tanah longsor terjadi di seluruh provinsi pada Rabu. Ia menambahkan lima orang tewas karena banjir di Manado, lima karena tanah longsor di Tomohon dan sisanya di kabupaten Minahasa karena tanah longsor.
Lebih dari 1.000 rumah tergenang banjir di lima kabupaten lain di provinsi itu, ujar Liow. Polisi dan tentara kesulitan menjangkau 1.000 orang yang terisolasi di tiga dusun setelah banjir menghancurkan satu-satunya jembatan, tambahnya.
"Banyak orang tenggelam atau terkubur lumpur... mereka tidak sempat menyelamatkan diri," ujar Liow. (AFP/AP)