Tim Kampanye Trump Gunakan Covid-19 sebagai Aset Pilpres

  • Patsy Widakuswara

Seorang pendukung Presiden Donald Trump membawa poster untuk menunjukkan dukungan sebelum debat cawapres di Kingsbury Hall, Universitas Utah, 7 Oktober 2020, d Salt Lake City, Utah. (Foto: GEORGE FREY / AFP)

Kurang dari sebulan sebelum pemilihan, diagnosis Covid-19 Presiden Donald Trump mengembalikan pandemi menjadi topik utama dalam pemilihan presiden (pilpres). Ketika pemerintahannya berusaha untuk mengarahkan citra seorang presiden yang pulih dengan cepat, tim kampanyenya berupaya menggunakan Covid-19 yang diderita Trump sebagai aset pemilu.

Sejak ia keluar dari RS Walter Reed pada Senin (5/10), Trump memberi citra seorang sebagai petahana yang siap untuk kembali bekerja. Pada Rabu (7/10), ia meninggalkan kediamannya untuk bekerja sebentar di ruang kerja kepresidenan, Oval Office, untuk mendapat pengarahan mengenai Badai Delta dan perundingan yang sedang berlangsung dengan Kongres Demokrat tentang paket bantuan penyelamatan ekonomi darurat.

Selama masa penyembuhannya, Trump tetap sangat aktif mencuit di Twitter dengan sejumlah postingan, mulai dari serangan terhadap lawan politiknya, tentang pengangkatan hakim konservatif Amy Coney Barrett untuk Mahkamah Agung, serta pernyataan mengenai kesehatan fisiknya.

BACA JUGA: Debat Mendatang akan Berlangsung Virtual, Trump Tolak Ikut Partisipasi

Sejumlah pesan yang disampaikan Trump termasuk sebuah video yang dirilis pada Senin (5/10) yang menunjukkan Trump keluar dari rumah sakit dan tiba di\Gedung Putih. Dalam video itu, Trump menaiki tangga yang jarang digunakan ketika kembali ke tempat tinggal eksekutifnya.

Pesan utama yang disampaikan Trump kepada warga Amerika adalah jangan takut dan jangan biarkan virus corona “menguasai hidup Anda.” Dia mengucapkan pesan itu setelah melepas maskernya.

Dalam video lainnya yang dirilis pada Rabu (7/10), Trump menyebut penyakitnya “berkah terselubung dari Tuhan.” Dia menggarisbawahi obat-obatan yang menurutnya “banyak” membantunya dan menggambarkannya sebagai “penawar”.

Para sekutu Trump memandang hal itu sebagai seorang presiden yang sedang memberikan upaya terbaiknya saat melawan tantangan.

“Kita tidak akan menyerah seperti Joe Biden akan menyerah kepada virus itu,” kata Mercedes Schlapp, seorang penasihat kampanye Trump, kepada Fox News, Senin (5/10).”Pada akhirnya, kita tahu Presiden baik-baik saja.”

Informasi harian dari tim dokter Gedung Putih mengenai kondisi Presiden menunjukkan perbaikan. Pada Rabu (7/10), Dr. Sean Conley mengatakan “pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital, termasuk saturasi oksigen dan tingkat pernapasan, semua stabil dan dalam batasan normal.” Juru bicara Gedung Putih, Kayleigh McEnany, yang bersama sejumlah anggota stafnya dinyatakan positif terjangkit virus corona pekan ini, mencuit memo itu.

Pakar strategi yang juga pendukung Partai Republik, Amanda Lovino dari perusahaan riset pasar, WPA Intelligence mengatakan ketika Presiden menggunakan perjuangan pribadinya untuk melawan virus itu sebagai metafora tentang bagaimana AS memerangi pandemi, ada kesempatan untuk menggunakan diagnosis presiden “untuk menggapai dan berempati dengan warga Amerika yang pernah terinfeksi atau punya orang terkasih yang terinfeksi,” terutama para lansia.

Para lansia, yang rentan terinfeksi Covid-19 adalah kelompok kunci demografi dalam pilpres AS 2020.

Pada pilpres 2016, Trump menang suara dari pemilih lansia sebesar 7 poin persentase. Namun, jajak pendapat dari NBC/Wall Street Journal yang dirilis pada Minggu (4/10) menunjukkan Biden melampaui Trump untuk kelompok pemilih itu sebesar 27 poin. Dalam jajak pendapat oleh CNN/SSRS, Biden menang 21 poin.

BACA JUGA: Kandidat Wapres Pence dan Harris Saling Kecam Soal Virus Corona

Sementara lawannya, Joe Biden, strategi kampanyenya dalam enam bulan terakhir adalah membatasi penularan, dengan mematuhi protokol kesehatan yang ketat dan mengikuti pedoman negara bagian dan nasional.

Sejak diagnosis Trump terungkap, kampanye Biden tetap berjalan mengikuti rencana perjalanan kampanye, baik secara virtual ataupun bertemu dengan pendukungnya dalam kelompok-kelompok kecil di luar ruangan dengan memakai masker.

Ketika berita mengenai penyakit Trump terungkap, Biden menyampaikan perhatian dan doa untuk “kesembuhan” Presiden dan Ibu Negara.

Biden sejauh ini sangat berhati-hati berkomentar mengenai penyakit Trump. Namun pada Senin (5/10), dia mengecam Presiden karena tidak mengenakan masker dan tidak mengikuti pedoman menjaga jarak aman. Dia mengatakan Trump “bertanggung jawab” karena terinfeksi virus.

“Siapa saja yang terpapar virus dengan mengatakan ‘memakai masker tidak penting, menjaga jarak aman tidak penting,’ menurut saya bertanggung jawab atas apa yang terjadi kepada mereka,” kata Biden dalam acara tatap muka NBC News, di Miami.

John Fortier, direktur studi pemerintahan di Bipartisan Policy Center, mengatakan akan lebih bijaksana jika kampanye Biden tidak menggunakan penyakit Trump sebagai keuntungan politik.

“Saya berharap mereka akan hanya mengucapkan harapan agar Presiden sehat dan menunggu serta melihat apa batasan-batasan dan perdebatan yang ada,” katanya. [ps/ft/au/rw]