Tim Peneliti Inggris Sibak Mekanisme Penularan Kusta

  • Jessica Berman

Mycobacterium leprae, bakteri penyebab penyakit kusta, menulari sel-sel saraf khusus di lengan dan kaki yang melindungi sinyal listrik dari otak yang dikenal sebagai sel-sel Schwann (foto: dok).

Tim peneliti Inggris telah mengetahui kemungkinan mekanisme penularan kusta yang bisa mengarah ke diagnosis dini dan pengobatan.
Kusta sudah lama ada, tetapi belum banyak diketahui bagaimana penyakit itu menyebar ke otot-otot dan jaringan lain, hingga menyebabkan kecacatan dan kerusakan.

Sejak abad pertengahan sampai abad ke-20, mereka yang tertular kusta diasingkan ke koloni-koloni terpencil, di mana mereka dikucilkan dari penduduk lain karena khawatir penyakit yang menimbulkan cacat pada tubuh itu akan menyebar. Pada tahun 1873 diketahui penyakit itu disebabkan bakteri dan tidak sangat menular. Dengan ditemukannya antibiotik dalam abad ke-20, banyak pasien kusta sembuh sehingga koloni-koloni penderita kusta mulai ditutup.

Namun, sekitar dua hingga tiga juta orang di seluruh dunia tetap cacat akibat otot lemah dan gejala-gejala neurologis meskipun telah diobati. Menurut Anura Rambukkana, pakar biologi sel dan neurobiologi pada Universitas Edinburgh, Skotlandia, sistem kekebalan tubuh terus bereaksi terhadap penularan itu.

Rambukkana memaparkan, "Bakteri itu bisa menyerang, terus menyerang, sejumlah pasien. Sebagian pasien bisa sepenuhnya diobati secara bakteriologis. Tetapi, mereka masih bermasalah, masalah kerusakan saraf, akibat komplikasi."

Tahun 2002, Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) melancarkan kampanye global untuk memberantas kusta, yang juga dikenal sebagai penyakit Hansen. Namun, menurut WHO, lebih dari 228.000 kasus baru kusta terdeteksi di seluruh dunia tahun 2010. Prevalensi global orang yang hidup dengan penyakit itu, menurut pejabat-pejabat kesehatan masyarakat internasional, lebih dari 192.000 orang.

Peneliti tidak tahu persis bagaimana pasien tertular kusta. Menurut Rambukkana, bakteri 'mycobacterium leprae' menulari sel-sel saraf khusus di lengan dan kaki yang melindungi sinyal listrik dari otak yang dikenal sebagai sel-sel Schwann.

Rambukkana mengatakan tampaknya mikroba itu mengubah sebagian gen dalam sel-sel Schwann menjadi sel-sel induk, semacam sel utama yang mampu berubah menjadi berbagai jenis sel khusus.

Peneliti menyuntikkan sel-sel induk itu ke otot-otot tikus percobaan, mengamati cara sel-sel yang dipicu adanya mikroba kusta itu berubah menjadi berbagai jenis sel otot.
"Bakteri-bakteri ini kini dalam otot polos dan otot rangka. Itu benar-benar fenomena yang juga bisa kita lihat pada pasien kusta dalam tahap lebih lanjut. Kita akan melihat bakteri itu tidak hanya menulari saraf, tetapi juga otot-otot," paparnya lagi.

Rambukkana tidak tahu apakah sel-sel utama yang tertular kusta juga berubah menjadi sel-sel kulit, sehingga menyebabkan kecacatan yang menjadi ciri khas penyakit itu. Ia berharap temuan itu memicu dilakukannya tes darah supaya penderita kusta bisa didiagnosis dan diobati dini.

Artikel oleh Anura Rambukkana dan kolega yang memaparkan penelitian mereka tentang kusta diterbitkan dalam jurnal Cell.