Para penyelidik penerbangan Prancis hari Kamis (14/3) mulai menganalisis perekam data penerbangan dari pesawat buatan Amerika yang jatuh di Ethiopia, Minggu, dan menewaskan 157 orang dari sekitar 30 negara.
Kecelakaan pesawat Boeing 737 Max 8 milik Ethiopian Airlines itu adalah kecelakaan kedua untuk model yang sama sejak Oktober, ketika 189 orang tewas setelah pesawat jet Lion Air jatuh di Laut Jawa. Kecelakaan itu mendorong lebih dari 40 negara untuk melarang terbang pesawat jenis itu atau melarangnya memasuki wilayah udara negara-negara bersangkutan.
BACA JUGA: Daftar Negara dan Maskapai Penerbangan yang Larang Boeing 737 MAXSejak kecelakaan pertama, para penyelidik memusatkan perhatian pada sistem anti-macet pesawat Boeing 373 Max 8 yang membuat hidung pesawat menukik ke bawah untuk mencegahnya mogok.
Badan Penerbangan Federal Amerika (FAA), yang memerintahkan larangan terbang pesawat jenis itu hari Rabu, mengatakan data satelit dan bukti-bukti lainnya juga menunjukkan pergerakan serupa oleh kedua pesawat naas tersebut.
Biro Penyelidikan dan Analisis untuk Keselamatan Penerbangan Sipil Perancis (BEA) akan melakukan analisis kotak hitam sebagai penasihat, karena peraturan penerbangan internasional mengharuskan Ethiopia untuk memimpin penyelidikan. Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika (NTSB) juga akan memainkan peran kunci sebagai perwakilan dari negara di mana pesawat itu diproduksi.
Sementara itu, para ahli transportasi Amerika kini menyelidiki sebab-sebab dua pesawat bertabrakan di sebuah landas pacu di wilayah Los Angeles, yang menewaskan satu orang dan melukai seorang lainnya.
Salah satu dari dua pesawat mesin tunggal itu terbakar setelah bertabrakan Rabu malam di Bandara Compton/Woodley.
Laporan-laporan awal media setempat mengatakan seorang pilot tewas setelah terlempar keluar dari pesawat itu.
Federal Aviation Administration (FAA) atau Badan Penerbangan Federal Amerika dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika (NTSB) kini menyelidiki kecelakaan itu. (lt)