Tim SAR hari Minggu (3/7) berjuang keras mengevakuasi korban tewas akibat banjir dan tanah longsor di India. Hujan deras dan masih terus longsornya tanah dengan batu-batu besar menghambat upaya penyelamatan dan evakuasi. Sejauh ini tim SAR telah mengeluarkan 26 mayat dari puing-puing tanah longsor yang menyapu sebuah lokasi konstruksi kereta api di bagian timur laut India.
Upaya penyelamatan dan evakuasi diperkirakan masih akan terus berlanjut selama beberapa hari ke depan di lokasi musibah yang berbukit terjal, namun hanya sedikit harapan untuk menemukan korban selamat diantara 37 orang yang masih hilang sejak Rabu lalu (29/6).
Tim SAR mengatakan 21 dari 26 mayat yang telah berhasil dievakuasi, diindentifikasi sebagai anggota Territorial Army, yang ditempatkan di kawasan itu untuk mengamankan jalur kereta api tersebut karena terus terjadinya pemberontakan yang sudah berlangsung puluhan tahun.
Lebih dari 250 personil tentara dan polisi mengerahkan buldoser dan peralatan berat lain dalam operasi penyelamatan dan evakuasi di Noney, kota di dekat Imphal yang merupakan ibu kota negara bagian Manipur.
Diperkirakan 200 orang tewas dalam hujan lebat dan tanah longsor di beberapa negara bagian di India, antara lain Assam, Manipur, Tripura dan Sikkim.
Sementara 42 orang dikabarkan tewas di Bangladesh sejak banjir melanda pada 17 Mei lalu. Ratusan ribu orang telah mengungsi.
Perubahan Iklim Ubah Pola & Intensitas Hujan
Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim adalah faktor di balik hujan yang tiba lebih dulu dan tidak menentu, yang memicu banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hujan di Asia Selatan biasanya dimulai pada bulan Juni, tetapi hujan lebat di timur laut India dan Bangladesh telah menyelimuti kawasan itu sejak awal Maret.
Para pakar mengatakan meningkatnya suhu global akibat perubahan iklim akan membuat musim hujan menjadi lebih bervariasi, yang berarti sebagian besar hujan yang biasanya turun di sepanjang musim, akan tiba dalam periode yang lebih singkat. [em/jm]