Timur Tengah Makin Tegang, Maskapai Penerbangan Alihkan Rute ke Afghanistan

Sebuah pesawat sedang parkir di tarmac Bandara Internasional Kabul, di Kabul, Afghanistan, 27 Februari 2024. (Foto: Wakil Kohsar/AFP)

Penerbangan melalui Afghanistan sudah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Namun, ekspektasi akan respons Israel terhadap serangan rudal balistik Iran ke Israel pekan lalu makin meningkatkan tren tersebut.

Data menunjukkan bahwa sejumlah maskapai penerbangan telah mengalihkan lebih banyak penerbangan melalui Afghanistan selama seminggu terakhir untuk menghindari wilayah udara Iran. Pengalihan rute itu menambah waktu perjalanan dan biaya bahan bakar yang menandai gangguan terbaru untuk rute antara Asia dan Eropa ketika ketegangan di Timur Tengah meningkat.

Menurut data pelacak penerbangan FlightRadar24, penerbangan melalui Afghanistan sudah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Namun, ekspektasi akan respons Israel terhadap serangan rudal balistik Iran ke Israel pekan lalu makin meningkatkan tren tersebut.

Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (European Union Aviation Safety Agency/EASA) pekan lalu mengeluarkan peringatan bagi maskapai penerbangan untuk menghindari wilayah udara Iran.

BACA JUGA: Sejumlah Maskapai Penerbangan Ubah Rute usai Israel Serang Iran

FlightRadar24 menunjukkan 132 penerbangan di Afghanistan pada 29 September. Pada 2 Oktober, sehari setelah Iran menyerang Israel, jumlah penerbangan di Afghanistan meroket menjadi 176.

Pada 6 Oktober, jumlah penerbangan harian terus meningkat menjadi 222.

Pejabat Taliban mengatakan jumlah penerbangan di wilayah Afghanistan dalam beberapa hari terakhir bahkan lebih tinggi dibandingkan data FlightRadar24.

“Secara khusus, selama lima atau enam hari terakhir, terdapat sekitar 350 penerbangan transit dalam 24 jam, dibandingkan dengan sekitar 100 penerbangan transit (setahun lalu) sebelumnya,” kata Imamudden Ahmadi, juru bicara Kementerian Perhubungan dan Penerbangan yang dikelola Taliban.

FlightRadar24 pada Selasa (8/10) menunjukkan maskapai penerbangan British Airways dan Singapore Airlines terbang melalui wilayah udara Afghanistan.

Sebuah pesawat milik maskapai penerbangan MEA sedang menunggu penumpang di Bandara Internasional Beirut, 28 Septembber 2024. (Foto: Amanda Mouawad/AFP)

Data tersebut tidak menunjukkan perincian maskapai mana yang lebih banyak menggunakan wilayah udara Afghanistan dalam seminggu terakhir. British Airways dan Singapore Airlines tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Banyak maskapai penerbangan mulai mengalihkan rute penerbangan melalui Iran dan Timur Tengah setelah wilayah udara Rusia dan Ukraina ditutup bagi sebagian besar maskapai penerbangan Barat ketika perang Ukraina dimulai pada 2022.

Perubahan rute baru itu menandakan maskapai penerbangan harus melakukan kalkulasi yang sulit karena keamanan wilayah udara di Timur Tengah menjadi lebih berbahaya dan ketakutan akan perang regional meningkat, setahun setelah dimulainya perang Israel-Hamas.

BACA JUGA: Pembatasan Penerbangan ke Iran Dicabut

“Pilihan rute yang tadinya sangat terbatas kini bergantung pada beberapa pilihan terakhir yang ada – sehingga Afghanistan menyaksikan lebih banyak penerbangan,” kata Mark Zee, pendiri organisasi berbagi informasi risiko penerbangan, OPSGROUP.

Pengendali lalu lintas udara untuk maskapai penerbangan yang terbang di atas Afghanistan belum tersedia sejak Taliban mengambil alih tiga tahun lalu. Akibatnya, maskapai penerbangan bergantung pada pedoman dari regulator.

“Saya memperkirakan penghindaran terhadap wilayah Iran, dan mungkin Irak, akan berlanjut setidaknya selama beberapa minggu, sampai Israel mengambil tindakan atau situasi menjadi tenang,” kata Zee. [ft/rs]