Tina Kannapel, Seniman Kulit Telur Ternama di Washington DC

  • Zulima Palacio

Kulit-kulit telur yang diukir, hasil karya Tina Kannapel dipamerkan di galeri seni di Occoquan, negara bagian Virginia (foto: Juni 2012).

Tina Kannapel adalah seorang seniman pengukir kulit telur di Washington, DC, yang karyanya sering dipamerkan di sanggar-sanggar seni setempat.
Pasti hanya sedikit orang pernah melihat kulit telur yang diukir. Telur-telur ini tidak ada kaitannya dengan telur-telur yang dicat atau dihias dengan batu-batu permata ataupun perhiasan lain, seperti telur Faberge yang terkenal, yang sebenarnya bukan telur sungguhan. Seorang seniman di daerah Washington, DC mengukir kulit telur yang rawan pecah itu secara hati-hati.

Mengukir dan memahat kulit-kulit telur dengan alat pengebor gigi dan ampleas memerlukan tangan dingin. Bagi seorang seniman seperti Tina Kannapel, mengukir kulit telur merupakan kegiatan yang disukainya.

"Karena telur berbentuk melengkung, telur punya kekuatan alami. Orang bisa melihat kulit-kulit terlur yang saya ukir itu menembus kulit luar, sehingga tampak seperti renda. Kiatnya adalah, dengan mempertahankan kaitan di antara keping-keping renda itu, sehingga kulit terlurnya tetap utuh," paparnya.

Dalam setahun Kannapel mengukir, memahat dan menjual sekitar 1.600 karya ukiran kulit telur itu.Ia membeli telur-telur yang tidak berisi, yang sudah dikosongkan, dari peternak unggas.

"Kulit telur emu sangat keras, seperti porselen Tiongkok,” paparnya lagi.

Ia menggunakan segala macam telur, termasuk telur emu, telur angsa, dan telur burung kakaktua.

"Ini adalah kumpulan disain saya," tambahnya.

Prosesnya dimulai dengan mencetak disain di kertas dan melekatkannya di kulit telur.

"Kita memerlukan kertas untuk menstabilkan permukaan kulit telur, jadi kalau kita akan mengukir melalui kertas itu, kita juga punya disainnya di kertas,” kata Kannapel lagi.

Kulit telur burung emu adalah salah satu jenis yang digunakan oleh pengukir Tina Kannapel (foto: Dok.).

Kulit-kulit telur itu punya bagian yang keras dan lunak. Kertas itu memperkuat kulit-kulit telur sehingga tidak cuwil. Kannapel punya lebih dari 300 disain, termasuk gambar binatang, potret dan bentuk geometris. Tetapi, apapun disainnya, mengukir harus selalu dimulai dari bagian yang paling sulit.

"Jadi, kalau sampai kulit telur itu pecah, kita tidak membuang waktu berjam-jam,' ungkapnya. "Kalau saya mengukir gambar kucing, anjing dan manusia, yang paling sulit adalah mengukir matanya, jadi harus selalu dimulai dari mengukir matanya. Karena, kalau kita membuat kesalahan di mata, kita akan merusak disainnya.”

Ketika bekerja, Kannapel ditemani ketiga kucingnya. Dua kucingnya malu menatap lensa kamera, tapi yang seekor lagi bernama Jackson, terpesona pada lensa kamera. Ia menuturkan, "Mereka berjalan mengelilingi kulit-kulit telur yang sudah diukir dan mereka tidak mengganggunya sama sekali, malah mereka menyukainya.”

Kalau sudah selesai mengukir, kulit-kulit telur itu dibersihkan, pertama, dicelup ke dalam air hangat untuk melepaskan kertas disain jiplakan itu dan kemudian dicelupkan ke dalam cairan pemutih.

Ukiran burung bangau di kulit telur ini seperti dicat, tetapi sebetulnya bukan cat. Warna-warnanya muncul sewaktu diukir.

Kannapel menambahkan, "Ini kulit telur emu, punya tiga lapisan. Lapisan luarnya berwarna hijau tua mendekati hitam. Lapisan di bawahnya berwarna hijau kebiruan dan lapisan di bawahnya lgi, setipis kertas berwarna putih. Saya mengukir di antara ketiga lapisan itu.

Beberapa karya seni ukiran kulit telur Kannapel dipajang di kota bersejarah Occoquan, dekat Washington DC, di Sanggar Seniman Undertaking.

Harga sebuah ukiran kulit telur Kannapel's berkisar 30 sampai 400 dolar. Harga itu belum termasuk jaminan penggantian seandainya karya ukiran yang rentan itu pecah.