Wakil Presiden AS Kamala Harris akan menyampaikan apa yang disebutnya “argumen penutup” kepada para pemilih dalam pidatonya, Selasa (29/10) malam di dekat Gedung Putih. Sedangkan mantan Presiden Donald Trump berkampanye di Pennsylvania, salah satu dari tujuh negara bagian yang menjadi medan pertempuran politik. Pennsylvania kemungkinan besar akan menentukan hasil nasional pemilu secara keseluruhan.
Kedua kandidat saling meremehkan satu sama lain karena dianggap tidak layak memimpin negara untuk masa jabatan empat tahun mendatang. Keduanya memanfaatkan kesempatan untuk merayu sebagian pemilih yang belum memutuskan pilihan presiden mereka dalam pemilu dengan hasil perolehan suara yang ketat, dalam beberapa dasawarsa.
Jajak pendapat menunjukkan, persaingan dalam pemilu ini sangat sengit, dengan Harris dan Trump sama kuat di beberapa negara bagian penting atau hanya unggul sedikit atau berbeda tipis, semuanya berada dalam kisaran margin kesalahan statistik. Beberapa ribu suara di masing-masing tujuh negara bagian utama bisa terbukti sangat penting.
BACA JUGA: Para Mantan Pembantu Utama Sebut Trump Seorang Fasis; Vance Sebut Mereka ‘Mantan Karyawan yang Tidak Puas’Pidato Harris dan Trump pada menit-menit terakhir dapat mempengaruhi pemilih yang belum menentukan pilihannya, untuk akhirnya menentukan pilihan. Namun upaya-upaya kampanye itu menarget para pendukung yang sudah berjanji akan memberikan suara pada hari-hari terakhir kampanye atau pada Hari Pemilu bisa menjadi lebih menentukan.
Hampir 49 juta orang telah memberikan suara mereka lebih awal, baik di TPS atau melalui surat, menjelang hari pemilu resmi pada Selasa (5 November), menurut Lab Pemilu Universitas Florida.
Lebih dari 155 juta orang memberikan suara pada pemilu 2020.
Sebelum menuju ke Allentown, Pennsylvania, sebuah kota dengan penduduk mayoritas warga Amerika Latin, Trump berbicara di resor Mar-a-Lago di Florida. Trump menggambarkan Harris sebagai orang yang “sangat tidak kompeten, benar-benar bencana yang mengerikan.” [ps/lt]