Raja Charles III dari Inggris dan istrinya, Ratu Camilla meninggalkan Samoa pada Sabtu (26/10), mengakhiri maraton lawatan selama 11 hari yang mencakup pemberhentian yang diwarnai kontroversi di Australia, yang masuk persemakmuran Inggris.
Raja berusia 75 tahun itu mengadakan lebih dari 30 acara dalam kunjungan berskala kecil itu. Lawatan ke Pasifik adalah perjalanan luar negeri besar pertamanya sejak diagnosis kanker awal tahun ini.
Pasangan kerajaan itu mengunjungi Sydney, Canberra dan ibu kota Samoa, Apia, tempat Charles menghadiri pertemuan negara-negara Persemakmuran.
Blok yang beranggotakan 56 negara tersebut – yang sebagian besar terdiri dari bekas jajahan Inggris – awalnya berharap bisa memusatkan fokus (pembicaraan) pada masa depan dunia yang terancam oleh perubahan iklim. Namun, mereka malah berselisih mengenai masa lalu yang kelam, yang diwarnai dengan perbudakan dan penjajahan.
Dalam perbincangan yang jarang terjadi pada Jumat (25/10) malam, sebelum keberangkatannya, Charles berkelakar soal usianya yang semakin lanjut, dan jarak yang sangat melelahkan yang harus ditempuh oleh banyak delegasi untuk mencapai sudut Pasifik Selatan ini.
“Akan menarik untuk melihat malam ini siapa yang paling berhasil mengatasi jetlag (tidak tertidur, red.),” kata Charles melontarkan gurauannya saat makan malam.
“Anda percaya tidak, saya pertama kali berkunjung ke Samoa pada 1974, sebagai Perwira Angkatan Laut muda di atas kapal bernama HMS Jupiter” kenangnya.
Kembali ke Samoa 50 tahun kemudian "hanya menunjukkan betapa saya sudah uzur," dia berkelakar lagi.
BACA JUGA: Senator Aborigin Australia Meneriaki Raja Charles: “Anda Bukan Raja Saya”Kenangan abadi dari lawatan Charles kali ini mungkin berupa kunjungan mewah ke Opera House Sydney yang terkenal dan peninjauan armada Angkatan Laut Australia di pelabuhan yang berkilauan.
Namun masa lalu juga menjadi fokus selama kunjungan Charles ke Australia, di mana ia dicemooh oleh seorang anggota parlemen (keturunan etnis Aborigin) tentang warisan pemukiman Eropa terhadap masyarakat adat di sana.
“Kembalikan tanah kami,” teriak Senator independen Lidia Thorpe, yang sebelumnya (sengaja) 'memunggungi' Raja Inggris itu ketika para pejabat lainnya berdiri saat lagu kebangsaan dikumandangkan.
“Ini bukan tanah Anda, Anda bukan raja saya,” tambahnya, mengecam apa yang disebutnya sebagai “genosida” terhadap penduduk asli Australia yang dilakukan oleh pemukim Eropa. [ft/pp]