Tim Peneliti AS: Tingkat HDL Tak Kurangi Risiko Serangan Jantung

Penelitian yang dipimpin Dr. Kathiresan menemukan, mereka yang secara genetik punya tingkat HDL tinggi bisa mengalami serangan jantung seperti halnya mereka yang tidak punya tingkat HDL tinggi (Foto: Dok.).

Sebuah penelitian mempertanyakan keyakinan umum bahwa tingginya tingkat kolesterol yang baik dalam darah bisa mengurangi risiko serangan jantung.
Nama medis untuk kolesterol baik adalah high-density lipoprotein atau HDL. Dokter umumnya yakin bahwa HDL mengurangi risiko serangan jantung dengan membersihkan lapisan lemak yang menghambut aliran darah dalam pembuluh nadi jantung.

Namun, Dr. Sekar Kathiresan pada Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston mengatakan, dampak tingkat HDL yang tinggi tidak pernah terbukti. Ia mengatakan dalam penelitian baru yang dilakukan bersama para peneliti lainnya menunjukkan kolesterol HDL tidak berdampak pada risiko terkena serangan jantung.

“Selama 30 tahun terakhir ada anggapan umum bahwa jika kita menaikkan kolesterol HDL, risiko terkena penyakit jantung berkurang. Saya rasa kami telah mematahkan asumsi itu, memutuskan keterkaitan itu dengan menggunakan varian gen,” papar Dr. Kathiresan.

Para peneliti itu mengatakan sekitar empat persen manusia punya perubahan genetik yang memberi mereka tingkat HDL tinggi yang alami. Penelitian itu menemukan mereka yang secara genetik punya tingkat HDL tinggi bisa mengalami serangan jantung seperti halnya mereka yang tidak punya tingkat HDL tinggi.

Analisis kedua melihat pada 14 varian gen yang meningkatkan kolesterol yang baik. Dr. Kathiresan mengatakan orang yang punya varian terbanyak tidak punya perlindungan lebih baik terhadap serangan jantung seperti orang-orang lainnya.

Namun, Dr. Kathiresan mengatakan tidak bisa disangkal bahwa low-density lipoprotein (LDL), atau yang disebut kolesterol buruk, menyebabkan penumpukan lapisan lemak dalam pembuluh nadi dan meningkatkan risiko serangan jantung.

Dr. Kathiresan dan para koleganya menerbitkan penemuan mereka dalam jurnal medis the Lancet.