Pemerintah Tiongkok menyatakan pembangkang tunanetra Chen Guangcheng bebas mengajukan lamaran untuk sekolah ke luar negeri.
Pernyataan tersebut mengisyaratkan kemungkinan adanya penyelesaian atas sengketa diplomatik Tiongkok-AS yang berawal saat Chen kabur dari tahanan rumah dan meminta perlindungan di Kedubes Amerika di Beijing.
Pengumuman hari Jumat itu menyusul serangkaian permohonan dramatis Chen, yang mengatakan ia khawatir dengan keamanannya dan ingin berpergian ke Amerika dengan keluarganya untuk sekali waktu saja.
Chen mengatakan kepada wartawan melalui telepon dari sebuah rumah sakit Beijing, Jumat (4/5), bahwa ia tidak dapat bertemu para pejabat Amerika sejak Rabu, ketika ia meninggalkan kedubes Amerika di mana ia meminta suaka selama hampir sepekan.
Sebelumnya, ia mengatakan kepada para anggota parlemen Amerika melalui telepon yang diperdengarkan langsung dalam sebuah sidang Kongres hari Kamis, bahwa ia berharap dapat bertemu Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, yang berpartisipasi dalam pembicaraan tahunan tingkat tinggi antara Tiongkok dan Amerika di Beijing.
Para pejabat Amerika mengukuhkan laporan bahwa Chen telah menerima surat dari Universitas New York yang menawarinya beasiswa untuk belajar di sana. Salah seorang teman Chen mengatakan aktivis tunanetra itu berharap dapat mengunjungi Amerika selama beberapa waktu sebelum kembali lagi ke Tiongkok.
Seiring terungkapnya hal terbaru itu, Chen mengatakan kepada VOA melalui telepon bahwa seorang pejabat tinggi mengirimkan rangkaian bunga segar ke kamarnya di rumah sakit di Beijing.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Liu Weimin sebelumnya mengatakan bahwa Chen dapat melamar untuk belajar di luar negeri, seperti warganegara Tiongkok lainnya.
Tiongkok telah menuntut Amerika meminta maaf karena campur tangan Washington dalam kasus Chen. Jurubicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Liu Weimin, mengatakan Jumat bahwa Chen dapat melamar sekolah di luar negeri sepanjang menempuh jalur normal, seperti warga negara Tiongkok lainnya.
Beberapa aktivis HAM mengatakan Amerika seharusnya meragukan jaminan pemerintah Tiongkok atas keamanan Chen. Chen awalnya menyetujui kesepakatan yang dicapai pihak berwenang Amerika dan Tiongkok yang memungkinkannya tinggal di sebuah tempat yang aman di Tiongkok dan belajar ilmu hukum. Namun ia mengubah pendiriannya beberapa jam setelah lepas dari perlindungan Amerika, dengan mengatakan bahwa keluarganya terancam.
Pengumuman hari Jumat itu menyusul serangkaian permohonan dramatis Chen, yang mengatakan ia khawatir dengan keamanannya dan ingin berpergian ke Amerika dengan keluarganya untuk sekali waktu saja.
Chen mengatakan kepada wartawan melalui telepon dari sebuah rumah sakit Beijing, Jumat (4/5), bahwa ia tidak dapat bertemu para pejabat Amerika sejak Rabu, ketika ia meninggalkan kedubes Amerika di mana ia meminta suaka selama hampir sepekan.
Sebelumnya, ia mengatakan kepada para anggota parlemen Amerika melalui telepon yang diperdengarkan langsung dalam sebuah sidang Kongres hari Kamis, bahwa ia berharap dapat bertemu Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, yang berpartisipasi dalam pembicaraan tahunan tingkat tinggi antara Tiongkok dan Amerika di Beijing.
Para pejabat Amerika mengukuhkan laporan bahwa Chen telah menerima surat dari Universitas New York yang menawarinya beasiswa untuk belajar di sana. Salah seorang teman Chen mengatakan aktivis tunanetra itu berharap dapat mengunjungi Amerika selama beberapa waktu sebelum kembali lagi ke Tiongkok.
Seiring terungkapnya hal terbaru itu, Chen mengatakan kepada VOA melalui telepon bahwa seorang pejabat tinggi mengirimkan rangkaian bunga segar ke kamarnya di rumah sakit di Beijing.
Jurubicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Liu Weimin sebelumnya mengatakan bahwa Chen dapat melamar untuk belajar di luar negeri, seperti warganegara Tiongkok lainnya.
Tiongkok telah menuntut Amerika meminta maaf karena campur tangan Washington dalam kasus Chen. Jurubicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Liu Weimin, mengatakan Jumat bahwa Chen dapat melamar sekolah di luar negeri sepanjang menempuh jalur normal, seperti warga negara Tiongkok lainnya.
Beberapa aktivis HAM mengatakan Amerika seharusnya meragukan jaminan pemerintah Tiongkok atas keamanan Chen. Chen awalnya menyetujui kesepakatan yang dicapai pihak berwenang Amerika dan Tiongkok yang memungkinkannya tinggal di sebuah tempat yang aman di Tiongkok dan belajar ilmu hukum. Namun ia mengubah pendiriannya beberapa jam setelah lepas dari perlindungan Amerika, dengan mengatakan bahwa keluarganya terancam.