Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto memaparkan sejumlah kemajuan negara-negara di Asia dalam pidatonya di JCC, Senayan, Jakarta, Senin (14/1) malam. Antara lain China Vietnam, Thailand, Filipina, dan India. Prabowo juga sempat memaparkan pendapat para pakar tentang deindustrialisasi Indonesia dan kajian tentang kemungkinan Indonesia bubar jika tidak ada transformasi yang besar di Indonesia.
Dalam pidatonya, Prabowo juga sempat mengingatkan agar tidak saling menghina dan kemungkinan bekerja sama dengan partai pendukung Jokowi, jika nantinya terpilih dalam pemilihan presiden 2019.
BACA JUGA: Prabowo-Sandi Siapkan Lima Fokus bagi “Indonesia Menang”Namun, menurut juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi - Ma’ruf, Ace Hasan Syadzily, pidato Prabowo tersebut bertentangan dengan kenyataan di lapangan. Sebab, kata dia, Prabowo selama ini justru membiarkan para pendukungnya menghujat dan hoaks terkait Jokowi bertebaran.
"Berteriak soal Bhinneka Tunggal Ika tapi membiarkan setiap hari pendukungnya menebar kebencian pada Jokowi dan kelompok yang berbeda. Malam ini pidato itu justru menampilkan paradoks Prabowo," jelas Ace Hasan dalam keterangan tertulis, Senin (14/1).
Ace juga menambahkan tidak ada yang baru dalam pidato visi-misi Prabowo. Menurutnya, gagasan tentang stabilisasi harga, pembukaan lapangan kerja, serta penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan sudah dilakukan Jokowi. Termasuk pembangunan infrastruktur yang bermanfaat dan pembenahan tata kelola BPJS.
"Ketika bicara soal tawaran program aksi yg akan dilakukan, Prabowo tidak ada yang genuine. Sebagian besar yang dijanjikan sudah dikerjakan oleh Jokowi. Prabowo baru berjanji, Jokowi sudah memberikan bukti," imbuhnya.
Di samping itu, kata Ace, Prabowo juga menuduh TNI, POLRI dan intelijen tidak netral dalam pidatonya. Menurutnya, tuduhan tersebut berbahaya karena dapat berpotensi mendelegitimasi pemilu.
"Apakah ini semakin memperkuat indikasi bahwa Prabowo sedang ingin mendegitimasi pemilu sebagai cara merespon kekalahan? Dengan mengangkat kecurangan dan ketidaknetralan KPU dan aparat keamanan. Hal ini jelas manuver yang berbahaya bagi jalannya proses demokrasi di negara kita."
Sebelumnya, Prabowo dalam pidatonya, juga sempat mengimbau kepada TNI-Polri agar bekerja dan membela kepentingan rakyat Indonesia. Bukan kepada orang per orang atau individu.
"Mari kita ingat sumpah untuk membela seluruh rakyat RI. Kita harus bekerja untuk seluruh rakyat. Rakyat mendambakan polisi sebagai Bhayangkari seluruh RI. Bintang yang ada di pundakmu itu dari rakyat, bukan dari orang per orang," tutur Prabowo saat berpidato di JCC Senayan Jakarta, Senin (14/1). [Ab/em]
Your browser doesn’t support HTML5