Matthew Broderick berperan sebagai profesor sains di perguruan tinggi yang secara tidak sengaja bertemu dan berteman dengan seorang laki-laki Yahudi bernama Shmuel, diperankan oleh Geza Rohrig. Shmuel baru saja ditinggal mati istrinya dan ia ingin mengamati jasadnya membusuk untuk membantunya melewati masa duka cita.
"Keduanya hampir tidak bisa mengerti satu sama lain, tetapi pada akhir film penonton akan merasa keduanya saling memahami. Jadi, menurut saya merupakan kisah yang baik untuk diceritakan," kata Matthew Broderick mengenai tokoh yang ia dan Rohrig perankan.
Rohrig menganggap hubungan kedua tokoh di film ini lebih dalam dari sekedar hubungan budaya.
"Bukan hanya antar budaya, Yahudi dan non-Yahudi, tetapi juga membahas kematian dan ilmu pengetahuan. Pemikiran bahwa agama sudah ketinggalan zaman adalah bodoh dan kekanak-kanakan dan tidak benar,” kata Rohrig.
“Saya yakin semakin kita berpengetahuan, maka kita akan semakin bertanya-tanya mengenai alam semesa. Agama tidak bersaing dengan ilmu pengetahuan melainkan sejalan," tambah Rohrig.
Your browser doesn’t support HTML5
Film “To Dust” diputar pertama kali awal tahun ini di Festival Film Tribeca. Shawn Snyder menyutradarai dan menulis film itu, sedangkan naskahnya digali oleh Emily Mortimer. Mortimer bersama suaminya Alessandro Nivola memproduseri film ini.
Nivola menganggap pekerjaan produser kebalikan dari akting.
"Bagi kami menjadi produser semacam kebalikan dari berakting karena kita menghabiskan waktu untuk mengkhawatirkan orang lain ketimbang diri kita sendiri" kata Alessandro Nivola.
Emily Mortimer menambahkan menjadi sutradara adalah peralihan yang cukup menyegarkan.
"Kami juga dipaksa untuk menjadi positif. Sebagai seorang produser, kami harus terus mengatakan kepada setiap orang betapa brilian semuanya, terus memberi semangat dan mendorong semua orang sehingga mereka tidak mengeluh. Memaksa kami untuk memberi pengaruh yang positif," kata Mortimer.
Film “To Dust” diputar di bioskop-bioskop Amerika mulai 8 Februari 2019. [my]