Toko-toko Iran menutup pintu mereka di beberapa kota pada hari Senin (5/12), menyusul seruan mogok nasional selama tiga hari dari para demonstran yang menginginkan jatuhnya penguasa. Sementara, kepala kehakiman menyalahkan "para perusuh" karena mengancam para pemilik toko.
Iran telah diguncang kerusuhan nasional setelah kematian perempuan Kurdi Iran, Mahsa Amini, pada 16 September dalam tahanan polisi. Protes-protes massa menimbulkan salah satu tantangan terkuat bagi Republik Islam itu sejak revolusi 1979.
Amini ditangkap oleh polisi moralitas Iran karena melanggar peraturan yang mengharuskan perempuan berpakaian sopan dan memakai jilbab. Perempuan telah memainkan peran penting dalam protes-protes. Banyak dari mereka melambaikan atau membakar jilbab mereka.
Kantor berita semi-resmi Tasnim melaporkan pada hari Senin (5/12) bahwa sebuah taman hiburan di pusat perbelanjaan Teheran ditutup oleh pengadilan karena operatornya tidak mengenakan jilbab dengan benar.
Surat kabar Hammihan yang condong reformis mengatakan bahwa polisi moralitas telah meningkatkan kehadiran mereka di kota-kota di luar Teheran, di mana pasukan tersebut kurang aktif selama beberapa minggu terakhir.
Jaksa penuntut umum Iran pada hari Sabtu (3/12) dikutip oleh Kantor Berita Tenaga Kerja Iran yang semi-resmi yang mengatakan bahwa polisi moralitas telah dibubarkan. Tetapi tidak ada konfirmasi dari Kementerian Dalam Negeri dan media pemerintah mengatakan bahwa jaksa penuntut umum tidak bertanggung jawab untuk mengawasi pasukan tersebut. [vm/jm]