Majelis Ulama Indonesia dan Nahdhatul Ulama didesak mencabut fatwa sesat terhadap kelompok Syiah.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Surabaya, Imam Ghazali Said, mengatakan peran dan fungsi tokoh lintas agama menjadi kunci terciptanya situasi yang kondusif, meski terdapat banyak perbedaan dan keberagaman di dalam masyarakat.
Ghazali mengatakan jika FKUB di Sampang berperan, masalah sedikitnya bisa diredam.
“Sebagai bangsa kita terikat Konstitusi. Orang itu mau punya keyakinan apa dipersilakan. Yang terpenting jangan mengganggu orang lain. Sepanjang mereka tidak mengganggu orang lain, ya mereka bisa bergerak,” ujarnya pada Kamis (30/8) di kantor Nahdhatul Ulama (NU) Surabaya.
Ghazali, yang juga tokoh NU Surabaya, mendesak Nahdlatul Ulama Pusat mencabut fatwa sesat terhadap kelompok Syiah yang dikeluarkan NU Sampang dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sampang, yang dianggap menjadi landasan untuk membenci dan melakukan kekerasan terhadap kelompok Syiah.
“Fatwa yang menyesatkan, baik dari MUI Sampang, NU Sampang sampai MUI Jawa Timur harus dicabut. Dan yang melakukan harus dari pusat. Persoalan Syiah – Ahlusunah (NU) secara teologis itu sudah selesai. Memang kita berbeda, tetapi tidak usah difatwakan sesat, itu urusan internal masing-masing,” tutur Ghazali.
Ongko Digdoyo, tokoh agama Budha dari Budha Education Center mengatakan kebhinekaan di Indonesia seharunya menjadi pemersatu bangsa, bukan malah dijadikan alasan untuk saling bertikai.
“Perbedaan itu ada, tapi tidak dicuatkan untuk menjadi isu. Berbeda-beda itu indah, seharusnya ini justru menjadi perekat. Memang kenyataan bahwa Indonesia itu seperti ini, beda-beda tapi tetap satu,” ujar Ongko.
Ketua Komisi Hubungan antar Agama dan Kepercayaan (HAK) Keuskupan Surabaya, Pastor Antonius Luluk Widyawan mengharapkan, para tokoh agama dapat menjadi pencipta perdamaian dan pembawa cinta Tuhan pada setiap manusia.
“Saya mengharap tokoh-tokoh agama di mana saja supaya tidak memperkeruh suasana. Kita prihatin kalau agama justru menjadi pemicu atau mempertajam perbedaan. Padahal agama sebetulnya diciptakan untuk membawa kepada yang ilahi. Yang ilahi itu semestinya semakin manusiawi, semakin menghargai sesame berarti menghargai Tuhan,” ujarnya.
Ghazali mengatakan jika FKUB di Sampang berperan, masalah sedikitnya bisa diredam.
“Sebagai bangsa kita terikat Konstitusi. Orang itu mau punya keyakinan apa dipersilakan. Yang terpenting jangan mengganggu orang lain. Sepanjang mereka tidak mengganggu orang lain, ya mereka bisa bergerak,” ujarnya pada Kamis (30/8) di kantor Nahdhatul Ulama (NU) Surabaya.
Ghazali, yang juga tokoh NU Surabaya, mendesak Nahdlatul Ulama Pusat mencabut fatwa sesat terhadap kelompok Syiah yang dikeluarkan NU Sampang dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sampang, yang dianggap menjadi landasan untuk membenci dan melakukan kekerasan terhadap kelompok Syiah.
“Fatwa yang menyesatkan, baik dari MUI Sampang, NU Sampang sampai MUI Jawa Timur harus dicabut. Dan yang melakukan harus dari pusat. Persoalan Syiah – Ahlusunah (NU) secara teologis itu sudah selesai. Memang kita berbeda, tetapi tidak usah difatwakan sesat, itu urusan internal masing-masing,” tutur Ghazali.
Ongko Digdoyo, tokoh agama Budha dari Budha Education Center mengatakan kebhinekaan di Indonesia seharunya menjadi pemersatu bangsa, bukan malah dijadikan alasan untuk saling bertikai.
“Perbedaan itu ada, tapi tidak dicuatkan untuk menjadi isu. Berbeda-beda itu indah, seharusnya ini justru menjadi perekat. Memang kenyataan bahwa Indonesia itu seperti ini, beda-beda tapi tetap satu,” ujar Ongko.
Ketua Komisi Hubungan antar Agama dan Kepercayaan (HAK) Keuskupan Surabaya, Pastor Antonius Luluk Widyawan mengharapkan, para tokoh agama dapat menjadi pencipta perdamaian dan pembawa cinta Tuhan pada setiap manusia.
“Saya mengharap tokoh-tokoh agama di mana saja supaya tidak memperkeruh suasana. Kita prihatin kalau agama justru menjadi pemicu atau mempertajam perbedaan. Padahal agama sebetulnya diciptakan untuk membawa kepada yang ilahi. Yang ilahi itu semestinya semakin manusiawi, semakin menghargai sesame berarti menghargai Tuhan,” ujarnya.