Pemimpin oposisi Kamboja di pengasingan, Sam Rainsy mengatakan akan kembali ke negara itu sebelum pemilu yang dijadwalkan berlangsung 28 Juli.
PHNOM PENH —
Pengumuman Sam Rainsy pada akhir pekan lalu bahwa ia akan kembali ke Kamboja tidak diragukan lagi akan disambut gembira pendukung Partai Penyelamat Nasional Kamboja, gabungan koalisi partai-partai oposisi penting yang bersaing dalam pemilu. Namun, dengan ancaman hukuman 11 tahun penjara, tidak jelas apa yang akan terjadi dengan Rainsy jika ia akan kembali.
Itu juga menjadi masalah bagi Perdana Menteri Hun Sen yang otoriter dan lama berkuasa pada saat situasi politik di Kamboja makin disorot. Hari Selasa, Amerika akan mengadakan sidang dengar pendapat dalam Kongres mengenai masa depan politik Kamboja.
Sam Rainsy yang mengasingkan diri sebelumnya dalam beberapa kesempatan mengatakan ia akan kembali, tapi tidak jadi. Analis politik Chea Vannath percaya kali ini ia akan sungguh-sungguh datang.
Rainsy meninggalkan Kamboja tahun 2009 sebelum diadili dalam dua kasus pengadilan terkait garis perbatasan yang disengketakan dengan Vietnam.
Hukuman penjara itu dipandang luas sebagai upaya kotor menggunakan pengadilan untuk menjegal lawan politik Hun Sen yang paling kuat dan efektif.
Rainsy juga diberhentikan dari parlemen dan dilarang mencalonkan diri dalam pemilu itu. Rainsy minggu ini mengatakan kepulangannya akan menguji klaim pemerintah bahwa pemilu akan dilaksanakan secara bebas dan adil.
Pemerintah mengatakan Rainsy bisa pulang. Tapi juru bicara pemerintah Phay Siphan hari Senin memperkirakan pengadilan akan bertindak dan Rainsy akan ditangkap dan dipenjarakan.
Tapi menangkap pemimpin oposisi akan mencoreng citra internasional Kamboja dan mempermalukan para donor yang memberi sumbangan dalam jumlah besar setiap tahun.
Chea Vannath mengatakan memenjarakan Rainsy juga beresiko akan membuatnya sebagai pahlawan. Ia yakin sebuah kesepakatan untuk menyelamatkan muka bisa dicapai salah satunya lewat bantuan raja Kamboja.
Pihak oposisi optimis Rainsy akan kembali sebelum hari pemilu dan kehadirannya akan meningkatkan kesempatan oposisi. Tapi jika ia berubah fikiran, kata Chea Vannath banyak pendukungnya akan kehilangan arah dan tahun 2013 bisa menjadi akhir dari karir politiknya.
Itu juga menjadi masalah bagi Perdana Menteri Hun Sen yang otoriter dan lama berkuasa pada saat situasi politik di Kamboja makin disorot. Hari Selasa, Amerika akan mengadakan sidang dengar pendapat dalam Kongres mengenai masa depan politik Kamboja.
Sam Rainsy yang mengasingkan diri sebelumnya dalam beberapa kesempatan mengatakan ia akan kembali, tapi tidak jadi. Analis politik Chea Vannath percaya kali ini ia akan sungguh-sungguh datang.
Rainsy meninggalkan Kamboja tahun 2009 sebelum diadili dalam dua kasus pengadilan terkait garis perbatasan yang disengketakan dengan Vietnam.
Hukuman penjara itu dipandang luas sebagai upaya kotor menggunakan pengadilan untuk menjegal lawan politik Hun Sen yang paling kuat dan efektif.
Rainsy juga diberhentikan dari parlemen dan dilarang mencalonkan diri dalam pemilu itu. Rainsy minggu ini mengatakan kepulangannya akan menguji klaim pemerintah bahwa pemilu akan dilaksanakan secara bebas dan adil.
Pemerintah mengatakan Rainsy bisa pulang. Tapi juru bicara pemerintah Phay Siphan hari Senin memperkirakan pengadilan akan bertindak dan Rainsy akan ditangkap dan dipenjarakan.
Tapi menangkap pemimpin oposisi akan mencoreng citra internasional Kamboja dan mempermalukan para donor yang memberi sumbangan dalam jumlah besar setiap tahun.
Chea Vannath mengatakan memenjarakan Rainsy juga beresiko akan membuatnya sebagai pahlawan. Ia yakin sebuah kesepakatan untuk menyelamatkan muka bisa dicapai salah satunya lewat bantuan raja Kamboja.
Pihak oposisi optimis Rainsy akan kembali sebelum hari pemilu dan kehadirannya akan meningkatkan kesempatan oposisi. Tapi jika ia berubah fikiran, kata Chea Vannath banyak pendukungnya akan kehilangan arah dan tahun 2013 bisa menjadi akhir dari karir politiknya.