Luasnya kerusakan akibat topan kuat yang menerjang beberapa daerah di India dan Bangladesh belum dapat segera diketahui pada hari Jumat karena topan tersebut telah menyebabkan banyak kota dan desa tanpa aliran listrik. Sedikitnya 84 orang tewas.
Jutaan orang di kedua negara dievakuasi ke tempat-tempat penampungan sementara sebelum Topan Amphan menerjang, kata para pejabat. Akan tetapi sebagian orang enggan memasuki tempat penampungan itu karena khawatir tertular virus corona.
PM India Narendra Modi dijadwalkan melakukan survei udara hari Jumat (22/5) untuk melihat kerusakan di Benggala Barat, Odisha, Kalkuta dan Bhubaneswar. Ia juga dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan para pejabat setempat.
“Dampak Amphan lebih buruk daripada dampak virus corona,” kata Menteri Utama Benggala Barat Mamata Banerjee, mengacu pada pandemi yang telah membuat sakit jutaan orang di berbagai penjuru dunia, termasuk lebih dari 110 ribu orang di India.
Amphan telah melemah menjadi depresi tropis tetapi diperkirakan masih membasahi beberapa daerah di India dan Bangladesh dengan hujan lebat, banjir, serta merusak sebagian rumah dan bangunan lainnya yang rapuh.
Topan itu menerjang sewaktu Asia Selatan berjuang keras menghadapi pandemi virus corona.
BACA JUGA: Para Pejabat India, Bangladesh Masih Taksir Kerusakan Akibat Topan AmphanDana Anak-anak PBB UNICEF menyatakan topan itu menyebabkan 19 juta anak-anak terancam, bukan hanya dari dampak langsung kerusakan akibat banjir dan angin kencang, tetapi juga dari kemungkinan penularan COVID-19 di tempat pengungsian yang penuh sesak.
“Kami terus memantau situasi dengan cermat,” kata Jean Gough, direktur regional UNICEF untuk Asia Selatan. “Keselamatan anak-anak dan keluarga mereka di daerah-daerah yang akan terdampak merupakan prioritas dan senang sekali melihat bahwa pihak berwenang telah merencanakan tanggapan darurat mereka mempertimbangkan pandemi COVID-19 yang sedang terjadi,” ujarnya.
Amphan menambahkan penderitaan bagi ratusan ribu pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp-kamp di Bangladesh dan Myanmar, yang telah melaporkan sejumlah kasus COVID-19.
Bangladesh memiliki riwayat diterjang topan, tetapi Amphan termasuk yang paling kuat, kata direktur kemanusiaan Save the Children di Bangladesh Mostak Hussain.
“Kami menerima laporan bahwa aliran listrik untuk lebih dari 5 juta orang diputus untuk keselamatan mereka sendiri karena angin berkecepatan 150 kilometer per jam menerjang tiang-tiang listrik, menghancurkan rumah-rumah dan mencabut pohon-pohon,” kata Hussain. [uh/ab]