Tradisi Buka Puasa ala Indonesia di AS Rangkul Tiga Agama Ibrahim

Buka puasa bersama lintas agama (interfaith iftar) di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington DC, Kamis (13/4) malam. Turut hadir Menko Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur BI Perry Warjiyo. (Foto: Courtesy/KBRI)

Pemimpin agama dari tiga agama Ibrahim, agama-agama yang prinsip dasar kepercayaannya adalah monoteistis, atau bertuhankan satu, menyampaikan pesan yang mencerahkan dalam buka puasa bersama lintas agama (interfaith iftar) di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC, Kamis (13/4) malam.

Berbagai tokoh dan perwakilan instansi pemerintah Amerika, asosiasi kemasyarakatan dan swasta, para duta besar negara-negara Islam dan ASEAN, serta beberapa pejabat tinggi Indonesia yang sedang menghadiri acara tahunan IMF/Bank Dunia Spring Meeting ikut hadir, antara lain Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Diwawancarai VOA, Direktur Imam Mohamed Magid, Executive Religious Director of All Dulles Area Muslim Society Center di Sterling, Virginia, mengatakan sangat gembira diundang dalam acara ini. “Merupakan hal yang luar biasa kita dapat berbuka puasa di KBRI Indonesia yang terkenal ramah tamah, ditambah lagi dengan kehadiran tokoh dan pemimpin agama lain, terutama agama Islam, Kristen dan Yahudi, yang nanti akan sama-sama bicara tentang keragaman, keunikan dan kesamaan agama-agama Ibrahim ini.”

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) mengadakan acara buka puasa bersama lintas agama (interfaith iftar) di di Washington DC, Kamis (13/4) malam. Berbagai tokoh agama turut diundang. (Foto: Courtesy/KBRI DC)

Imam Magid, demikian panggilan akrabnya, yang mengenakan baju batik tangan panjang berwarna biru kehijauan yang dibelinya ketika datang ke Jakarta bersama Presiden Barack Obama pada November 2010 lalu, menambahkan “acara ini benar-benar merefleksikan Indonesia, negara yang sangat indah, toleran, dan dikenal menerima orang lain dengan tangan terbuka.”

Hal senada disampaikan Rabi David Saperstein, pemimpin komunitas Yahudi yang pernah menjabat sebagai Duta Besar Luar Biasa Amerika Untuk Kebebasan Beragama Internasional. “Setiap kali diundang untuk datang dan bicara, saya dan komunitas kami merasa senang karena hubungan khusus kami dengan Indonesia. Komunitas masyarakat Yahudi sangat gembira dapat berbagi pengalaman, terutama karena tahun ini sangat istimewa mengingat kita merayakan hari besar di waktu bersamaan, yaitu Passover yang dirayakan warga Yahudi, Paskah yang dirayakan warga Kristen, dan Ramadan yang dijalankan warga Muslim. Ketiganya memperbarui kembali semangat spiritualitas kita bersama," ujarnya.

Pastur Senior Bruce Mitchell juga menyampaikan hal yang sama ketika berbicara dalam acara ini.

Duta Besar RI Untuk Amerika Rosan Roeslani pada Kamis (13/4) malam menghadirkan buka puasa ala Indonesia yang merangkul tiga agama Ibrahim. (Foto: VOA/Eva Mazrieva)

Duta Besar Indonesia Untuk Amerika Rosan Roeslani menggarisbawahi urgensi acara seperti berbuka puasa bersama, atau dialog antar-keagamaan untuk menghadirkan Indonesia yang damai, toleran, saling menghormati. “Ini merupakan buka puasa bersama yang kami langsungkan setelah tiga tahun perebakan luas COVID-19. Jadi ketika kami memberitahu akan ada acara ini, banyak sekali tokoh yang ingin hadir, tetapi kami tetap harus membatasi,” tambahnya.

Rosan Roeslani juga memuji kebijakan baru beberapa kota di Amerika yang menjadikan Hari Raya Idulfitri sebagai hari libur sekolah, sehingga memberi kesempatan pada siswa-siswa Muslim untuk menjalankan ibadah hari besar mereka tanpa dihitung sebagai absen sekolah. “Saya menyambut baik karena ini menunjukkan kebesaran hati banyak pihak untuk mulai memahami Islam secara lebih luas, lebih dalam, lebih saling menghormati; dan ini yang harus terus disosialisasikan ke depan,” ujarnya.

Sate dan mie bakso menjadi salah satu makanan berbuka yang dinantikan. (Foto: VOA/Eva Mazrieva)

Dalam perspektif “agama Ibrahim,” maka agama Yahudi, Kristen dan Islam dinilai datang dari Tuhan melalui seorang rasul dan nabi pilihan yang membawa misi yang sama, yaitu tauhid atau monoteisme. Lewat ceramah singkat ketiga tokoh agama yang hadir dalam acara ini, disampaikan bahwa Yahudi diturunkan melalui Musa, Nasrani atau Kristen melalui Isa, dan Islam melalui Muhammad. Kedekatan ketiga agama itu tampak ketika ketiga utusan itu bertemu pada Ibrahim dan sama-sama mengakui Ibrahim sebagai “the foundation father’s” atau bapak para nabi, bagi agama tauhid, yang mengakui satu Tuhan.

“Interfaith Iftar” ini diakhiri dengan doa dan buka puasa bersama, yang menyajikan berbagai makanan khas Indonesia, antara lain kambing guling yang disajikan secara utuh, ayam suwir Bali, sate ayam dan kambing, rendang, mie bakso hingga bubur sumsum. [em/ah]