Penyelidikan meluas saat para penyelam terus menarik jenazah dari kapal yang tenggelam, yang sejauh ini menewaskan 58 orang dan 246 masih hilang.
Para penyelam terus menarik jenazah dari kapal feri Korea Selatan yang tenggelam, di tengah penyelidikan yang meluas dari pihak berwenang yang mengeluarkan transkrip yang menggambarkan kebingungan saat kapal terbalik lima hari lalu.
Operasi penyelamatan, yang melibatkan ratusan penyelam, kapal dan pesawat, membawa jumlah korban tewas menjadi 58 orang pada Minggu (20/4), dengan 246 orang masih hilang. Sebagian besar korban adalah pelajar sekolah menengah atas.
Transkrip pengawasan lalu lintas laut, yang dirilis Minggu, menunjukkan bahwa awak kapal ragu memerintahkan para penumpang untuk meninggalkan kapal.
Kapten kapal, Lee Jun-seok, mengatakan ia tidak segera memerintahkan evakuasi karena takut para penumpang menghadapi bahaya arus kuat dan air dingin, yang bersuhu sekitar 10 derajat Celsius. Lee termasuk orang pertama yang meninggalkan feri.
Menurut transkrip tersebut, Layanan Lalu Lintas Kapal Jindo menginstruksikan awak kapal untuk membawa penumpang keluar kapal saat kapal-kapal lain bergegas menyelamatkan mereka setelah kapal yang membawa 476 orang itu mulai miring.
Namun para awak mengatakan pada petugas bahwa upaya-upaya mereka untuk memerintahkan evakuasi terhambat sistem pengumuman yang rusak.
Data pelacakan menunjukkan bahwa kapal itu berbalik tajam saat melalui sekelompok pulau kecil di pesisir barat daya Korea Selatan.
Ada 174 penyintas, dan tidak ada yang diselamatkan sejak Rabu.
Jaksa penuntut Korea Selatan mengatakan feri dikemudikan oleh mualim tiga berusia 26 tahun yang baru pertama kali mengarungi daerah tersebut.
Pihak berwajib mengukuhkan bahwa kapten kapal ada di kamar, meninggalkan mualim tiga tidak berpengalaman di belakang kemudi.
Kapten, mualim tiga dan seorang awak lagi ditahan Sabtu dengan dakwaan meninggalkan para penumpang saat feri tenggelam.
Pihak berwenang belum menyatakan sebab bencana tersebut, namu para penyintas melaporkan adanya suara keras sebelum kapal miring dan mulai tenggelam.
Operasi penyelamatan, yang melibatkan ratusan penyelam, kapal dan pesawat, membawa jumlah korban tewas menjadi 58 orang pada Minggu (20/4), dengan 246 orang masih hilang. Sebagian besar korban adalah pelajar sekolah menengah atas.
Transkrip pengawasan lalu lintas laut, yang dirilis Minggu, menunjukkan bahwa awak kapal ragu memerintahkan para penumpang untuk meninggalkan kapal.
Kapten kapal, Lee Jun-seok, mengatakan ia tidak segera memerintahkan evakuasi karena takut para penumpang menghadapi bahaya arus kuat dan air dingin, yang bersuhu sekitar 10 derajat Celsius. Lee termasuk orang pertama yang meninggalkan feri.
Menurut transkrip tersebut, Layanan Lalu Lintas Kapal Jindo menginstruksikan awak kapal untuk membawa penumpang keluar kapal saat kapal-kapal lain bergegas menyelamatkan mereka setelah kapal yang membawa 476 orang itu mulai miring.
Namun para awak mengatakan pada petugas bahwa upaya-upaya mereka untuk memerintahkan evakuasi terhambat sistem pengumuman yang rusak.
Data pelacakan menunjukkan bahwa kapal itu berbalik tajam saat melalui sekelompok pulau kecil di pesisir barat daya Korea Selatan.
Ada 174 penyintas, dan tidak ada yang diselamatkan sejak Rabu.
Jaksa penuntut Korea Selatan mengatakan feri dikemudikan oleh mualim tiga berusia 26 tahun yang baru pertama kali mengarungi daerah tersebut.
Pihak berwajib mengukuhkan bahwa kapten kapal ada di kamar, meninggalkan mualim tiga tidak berpengalaman di belakang kemudi.
Kapten, mualim tiga dan seorang awak lagi ditahan Sabtu dengan dakwaan meninggalkan para penumpang saat feri tenggelam.
Pihak berwenang belum menyatakan sebab bencana tersebut, namu para penyintas melaporkan adanya suara keras sebelum kapal miring dan mulai tenggelam.