Trump: Akan Ada Lonjakan Kematian akibat Virus Corona di AS

Presiden AS Donald Trump berbicara di Gedung Putih.

Presiden AS Donald Trump hari Senin (30/3) menyebut virus corona sebagai “momok mengerikan” yang akan membuat peningkatan tajam kematian di AS dalam beberapa hari dan minggu mendatang.

Beberapa jam setelah mengimbau agar orang Amerika terus menjaga jarak sampai 30 April, Trump mengatakan dalam acara televisi "Fox & Friends", "akan ada lonjakan (dalam kematian) kemudian akan menurun dan akan menjadi hari yang baik. Menjelang 1 Juni, kita memperkirakan jumlah kematian akan menurun,” kata Trump.

"Tidak ada yang lebih khawatir mengenai negara daripada saya," kata Trump, ketika para ahli kesehatan memperkirakan 100.000 atau lebih orang Amerika bisa meninggal karena pandemi virus corona, sekitar 50 kali jumlah kematian saat ini, yang berjumlah sekitar 2.400.

"Jika kita tidak menghentikannya" dengan melanjutkan menjaga jarak sosial dan membatasi jumlah pertemuan hingga 10 orang, kata Trump, jumlah korban jiwa di Amerika bisa mencapai 2,2 juta.

"Kita ingin melakukan sesuatu dimana kita menghadapi paling sedikit kematian," katanya.

"Ini hal yang sangat menyedihkan, jahat. Jika kita mengakhiri pembatasan terlalu cepat, virus akan kembali," kata Trump. "Hal terburuk yang bisa kita lakukan adalah menyatakan kemenangan" sebelum waktunya,” tambahnya.

Trump mengatakan kepada "Fox and Friends" Senin bahwa AS sekarang telah menguji virus corona pada lebih banyak warga daripada di tempat lain di dunia. Namun, angka pengujian di AS tidak setinggi seperti Korea Selatan dan Italia.

"Itu sebabnya kita memiliki lebih banyak kasus" orang yang dites positif terinfeksi, lebih dari 140.000 pada hari Senin dan meningkat dengan cepat.

Namun Trump mengatakan AS memiliki tingkat kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan negara lain - sekitar 1,7% dari semua yang dinyatakan positif virus, dibandingkan dengan hampir tiga kali lipat di seluruh dunia, di 151 negara tempat pandemi ditemukan.

Wabah Covid-19 hingga hari ini (30/3) telah membunuh lebih dari 37.000 orang di seluruh dunia. [my/ii]