Presiden Donald Trump mengalihkan perhatiannya kembali ke masalah domestik setelah pulang dari lawatan 12 hari ke Asia. Trump mendesak fraksi Republik di Kongres untuk menyetujui langkah reformasi pajak guna menindaklanjuti salah satu janji besar kampanyenya. Tetapi presiden dan sekutunya, fraksi Republik di Kongres, menghadapi lanskap politik baru setelah kemenangan Demokrat di Virginia dan New Jersey dalam pemilihan minggu lalu.
Presiden Trump kembali ke Washington setelah melakukan lawatan panjang ke Asia yang menurutnya menghasilkan keuntungan nyata.
"Sangat membanggakan dari sudut pandang keamanan dan keselamatan, militer, sangat bangga. Dan perdagangan, Anda akan melihat angka yang sulit dipercaya dalam beberapa tahun nanti," kata Trump.
Trump kini mengalihkan perhatiannya pada reformasi pajak, ujian besar bagi presiden dan sekutu-sekutunya, fraksi Republik di Kongres sementara mereka berharap meraih pencapaian besar legislatif sebelum pemilu sela kongres tahun depan.
Ketua DPR Paul Ryan mengatakan, "Dalam kampanye pilpres tahun 2016 kita menjanjikan reformasi pajak ini. Presiden menjanjikan pemotongan pajak dan reformasi perpajakan. Jadi, ini tentang memenuhi janji kepada rakyat Amerika."
Trump berada di Asia ketika kandidat dari Demokrat memenangkan pemilihan gubernur minggu lalu di New Jersey dan Virginia – sinyal yang mungkin berbahaya bagi Partai Republik, ujar Kyle Kondik, pengamat politik pada University of Virginia.
"Faktanya adalah presiden begitu terpolarisasi dan sangat tidak populer dengan tingkat popularitas umumnya di bawah 40 persen. Demokrat akan sangat termotivasi untuk menang," ujar Kondik.
Banyaknya pemilih Demokrat yang memberikan suara bisa membantu mereka kembali mendominasi Dewan Perwakilan Rakyat tahun depan untuk pertama kali sejak tahun 2006.
Ketua Fraksi Demokrat di Senat Chuck Schumer mengatakan, "Kita tahu gelombang mulai terbentuk, tidak ada jaminan akan berlanjut, tetapi kemungkinan besar akan demikian. Dan itu suasana tahun 2005, dan kini bisa kita rasakan lagi."
Tingkat popularitas Trump tetap rendah dalam sejarah presiden Amerika dalam masa jabatan tahun pertama, sinyal peringatan bagi Partai Republik, ujar John Fortier, pengamat pada pusat kebijakan bipartisan. [ka/al]