Trump Ancam akan Dorong Rusia Serang Anggota NATO yang Mangkir Bayar

Mantan Presiden AS dan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump berbicara pada Forum Kepresidenan National Rifle Association (NRA) di Pennsylvania Farm Show Complex & Expo Center, di Harrisburg, Pennsylvania, AS, 9 Februari 2024. (Foto: REUTERS/Leah Millis)

Calon kandidat nomor satu Gedung Putih, Donald Trump, Sabtu (10/2), mengatakan akan "mendorong" Rusia untuk menyerang anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO yang tidak memenuhi kewajiban finansial mereka. Hal tersebut merupakan pernyataan paling radikal yang pernah dia buat terhadap aliansi militer yang selama ini ia pertanyakan.

Saat para legislator AS sedang menggodog bantuan untuk Ukraina menjelang peringatan dua tahun invasi Rusia, mantan presiden tersebut justru berulang kali menyatakan bahwa tidak adil bagi Washington untuk terus membela 30 negara anggota NATO lainnya.

Dalam pidato kampanye di South Carolina pada Sabtu, Trump menggambarkan percakapan dengan seorang kepala negara lainnya dalam pertemuan NATO.

“Salah satu presiden sebuah negara besar berdiri dan berkata, 'Tuan, jika kami tidak membayar, dan kami diserang oleh Rusia, maukah Anda melindungi kami?' Saya bilang, ‘Anda tidak bayar, Anda menunggak?'"

Seorang demonstran oposisi mengibarkan bendera NATO saat unjuk rasa di depan gedung Parlemen Georgia di Tbilisi, Georgia, Sabtu, 6 Juli 2019. (Foto: AP)

"Tidak, saya tidak akan melindungi Anda. Bahkan, saya akan mendorong mereka untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan. Anda harus membayarnya. Anda harus membayar kewajiban Anda."

Setiap anggota NATO memiliki kewajiban untuk membayar iuran tahunan kepada organisasi.

Pernyataan Trump muncul setelah anggota Senat dari Partai Republik pada Rabu menolak rancangan undang-undang bipartisan yang mencakup pendanaan untuk Ukraina, Israel, serta reformasi untuk mengatasi krisis perbatasan AS-Meksiko.

Gedung Putih membalas pernyataan Trump dengan menekankan upaya Presiden Joe Biden untuk memperkuat aliansi di seluruh dunia.

“Mendorong invasi terhadap sekutu terdekat kita oleh rezim pembunuh adalah hal yang mengerikan dan tidak dapat dielakkan,” kata juru bicara Gedung Putih Andrew Bates dalam sebuah pernyataan pada Sabtu malam.

“Daripada menyerukan perang dan mendorong kekacauan, Presiden Biden akan terus memperkuat kepemimpinan Amerika,” tambah Bates.

BACA JUGA: Trump Ulangi Pernyataan Anti-imigran yang Disebut 'Racuni Darah'

Deportasi

Kegagalan RUU Keimigrasian di Senat menunjukkan pengaruh kuat yang dimiliki Trump atas Partai Republik. Pasalnya para anggota parlemen dari partai tersebut menuruti seruan Trump untuk menghalangi setiap kesepakatan guna menghambat kemenangan Biden dalam isu imigrasi sebelum pemilihan yang akan digelar pada November.

Pada kampanye tersebut Trump merayakan kegagalan legislasi itu. Ia bertekad akan melakukan "operasi deportasi" massal pada hari pertamanya menjabat, jika terpilih kembali.

“Jangan lupa bahwa minggu ini kita juga meraih kemenangan besar lainnya yang harus dirayakan oleh setiap konservatif. Kita menghancurkan rancangan undang-undang perbatasan terbuka Joe Biden yang menyesatkan,” kata Trump di Carolina Selatan.

Trump menyatakan deportasi migran akan menjadi salah satu prioritas utamanya segera setelah dilantik. Ia mengusung isu pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko sebagai prioritas pada kampanye presiden pertamanya.

BACA JUGA: Trump Berencana Deportasi Jutaan Orang jika Terpilih Kembali

Pada hari pertama saya akan menghentikan setiap kebijakan perbatasan terbuka pemerintahan Biden dan kita akan memulai operasi deportasi domestik terbesar dalam sejarah Amerika. Kita tidak punya pilihan.”

Senat sekarang sedang mempertimbangkan paket bantuan luar negeri yang sepenuhnya memisahkan bantuan dari masalah perbatasan.

Paket senilai $95 miliar yang akan dibahas minggu depan mencakup pendanaan untuk Israel dalam melawan Hamas dan untuk sekutu strategis utama, Taiwan. Namun, bagian terbesarnya akan membantu Ukraina dalam pengadaan pasokan amunisi, senjata, dan kebutuhan penting lainnya yang habis saat negara itu memasuki tahun ketiga perang. [ah/ft]