Trump Ancam Ambil Alih Kendali Terusan Panama

Kapal pengangkut kontainer milik MAERSK melintasi Terusan Panama yang terletak di Kota Panama, pada 12 Agustus 2024. (Foto: Reuters/Enea Lebrun)

Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump pada Minggu (22/12) mengancam akan mempertegas kendali AS atas Terusan Panama. Trump menuduh Panama mengenakan tarif yang berlebihan pada penggunaan jalur di Amerika Tengah itu. Pernyataan itu dikritik tajam Presiden Panama Jose Raul Mulino.

Berbicara di hadapan para pendukungnya di Arizona pada hari Minggu, Trump juga mengatakan bahwa ia tidak akan membiarkan terusan itu jatuh ke “tangan yang salah”, dan memperingatkan adanya potensi pengaruh China di jalur tersebut.

China tidak mengontrol atau mengelola terusan tersebut, tetapi anak perusahaan CK Hutchison Holdings yang berbasis di Hong Kong telah sejak lama mengelola dua pelabuhan yang terletak di pintu masuk Karibia dan Pasifik ke Terusan Panama.

Pernyataan yang dilontarkan presiden terpilih itu muncul beberapa jam setelah ia melontarkan ancaman serupa terhadap Panama dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Sabtu (21/12) malam.

BACA JUGA: Program Visa Pekerja Asing di Bawah Pemerintahan Baru Trump Hadapi Ketidakpastian

“Apakah ada yang pernah mendengar tentang Terusan Panama?” Trump mengatakan pada hari Minggu di AmericaFest, sebuah acara tahunan yang diselenggarakan oleh kelompok konservatif “Turning Point.” “Kita telah ditipu di Terusan Panama, seperti kita ditipu di tempat lain.”

Picu polemik

Pernyataan Trump adalah contoh yang sangat langka dari seorang pemimpin AS yang mengatakan bahwa ia dapat mendorong sebuah negara berdaulat untuk menyerahkan wilayahnya. Hal ini juga menggarisbawahi pergeseran yang diharapkan dalam diplomasi AS di bawah Trump, yang secara historis tidak segan-segan mengancam sekutu dan menggunakan retorika yang kasar ketika berhadapan dengan mitra-mitranya.

“Biaya yang dibebankan oleh Panama sangat konyol, sangat tidak adil,” kata Trump.

“[Terusan] itu diberikan kepada Panama dan rakyat Panama, tetapi ada ketentuannya. Anda harus memperlakukan kami dengan adil, dan mereka tidak memperlakukan kita dengan adil. Jika prinsip-prinsip, baik moral maupun hukum, dari pemberian yang murah hati ini tidak diikuti, maka kami akan menuntut agar Terusan Panama dikembalikan kepada kami, secara penuh, dengan cepat, dan tanpa pertanyaan.”

BACA JUGA: Trump Ancam Uni Eropa dengan Tarif Jika Tak Tingkatkan Impor Migas Amerika

Pembelaan Presiden Panama

Dalam sebuah rekaman pesan yang dirilis oleh Presiden Panama Mulino pada hari Minggu sore, pemimpin negara tersebut mengatakan kemerdekaan Panama tidak dapat dinegosiasikan dan bahwa China tidak memiliki pengaruh terhadap pengelolaan terusan tersebut.

Dia juga membela tarif lintas yang dikenakan Panama, dengan mengatakan tarif itu tidak ditetapkan “secara sembarangan.”

“Setiap meter persegi Terusan Panama dan daerah sekitarnya adalah milik Panama dan akan terus menjadi milik (Panama),” kata Mulino dalam pernyataannya, yang dirilis di X.

Beberapa politisi Panama lainnya, termasuk anggota-anggota kelompok oposisi, juga menggunakan media sosial untuk mengkritik pernyataan Trump.

Sejarah

Amerika Serikat membangun sebagian besar Terusan Panama, dan selama beberapa dekade mengelola wilayah di sekitar terusan itu. Namun, Amerika Serikat dan Panama pada tahun 1977 menandatangani sepasang perjanjian yang membuka jalan bagi kembalinya terusan tersebut di bawah kendali penuh Panama. Amerika Serikat menyerahkan kendali atas terusan tersebut pada tahun 1999 setelah periode pemerintahan bersama.

Jalur air yang memungkinkan hingga 14.000 kapal melintas per tahun itu menyumbang 2,5% dari perdagangan lintas laut global dan sangat penting bagi impor mobil dan barang komersial AS dengan kapal kontainer dari Asia, dan untuk ekspor komoditas AS, termasuk gas alam cair.

Tidak jelas bagaimana Trump akan berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas terusan tersebut, dan berdasarkan hukum internasional tidak ada mekanismenya jika ia memutuskan untuk bermain di terusan tersebut.

Ini bukan pertama kalinya Trump secara terbuka mempertimbangkan perluasan wilayah.

Selama masa jabatan 2017-2021, Trump menyatakan ketertarikannya untuk membeli Greenland, sebuah wilayah otonom Denmark. Pihak berwenang Denmark secara terbuka menolak pernyataan itu sebelum Trump dapat melakukan pembicaraan apapun.

Penampilan Trump di AmericaFest menutup acara empat hari yang menarik lebih dari 20.000 aktivis. [em/ka]