Trump: AS Harus Hentikan Siklus Campur Tangan dan Kekacauan

Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump (kiri) mendengarkan pidato Jenderal Marinir James Mattis yag dipilihnya sebagai calon Menteri Pertahanan AS dalam rapat akbar di Fayetteville, North Carolina, 6 Desember 2016. (AP Photo/Gerry Broome)

Donald Trump menggelar “thank you rally” bagi para pendukungnya di Fayetteville, North Carolina Selasa malam (6/12), di mana dalam kesempatan itu, ia menyinggung tentang kebijakan luar negerinya pada masa datang.

Presiden terpilih Amerika Donald Trump rupanya senang dengan suasana kampanye dimana ia dielu-elukan pendukungnya. Hari Selasa (6/12) malam, ia menggelar “thank you rally” di kota Fayetteville, North Carolina.

Dalam kesempatan itu, Donald Trump kembali menyampaikan visinya tentang kebijakan luar negeri Amerika untuk tidak campur tangan. Seperti disampaikannya semasa kampanye, ia tidak ingin mengirim pasukan Amerika "ke daerah-daerah yang tidak seharusnya Amerika terlibat."

Sebaliknya, kata Trump dalam rapat umum "terima kasih" bagi pendukungnya di Fayetteville, North Carolina, ia akan memusatkan perhatian untuk mengalahkan teroris, termasuk kelompok ISIS.

"Dan akhirnya komitmen untuk hanya menggunakan kekuatan militer demi kepentingan keamanan nasional Amerika yang vital. Kita tidak ingin terjadi kekurangan pasukan karena mereka dikerahkan untuk bertempur ke daerah-daerah yang seharusnya kita tidak terlibat. Mulai sekarang, Amerika dulu. Kita utamakan Amerika. Kita tidak akan lagi berperang untuk menggulingkan rezim asing, yang kita tidak tahu apa-apa dan seharusnya tidak terlibat,” ungkap Trump.

Trump menyatakan, Amerika harus mengakhiri apa yang disebutnya "siklus destruktif campur tangan dan kekacauan."

Trump berjanji memperkuat militer, tetapi menyatakan tujuannya adalah memproyeksikan kekuatan, bukan agresi.

Setelah seringkali semasa kampanye mempertanyakan peran NATO dan sekutu lain, hari Selasa Trump menyatakan ingin mempererat "persahabatan dengan teman lama" dan mencari teman baru.

Pada rapat umum yang sama, Trump secara resmi mengumumkan bahwa ia telah menunjuk purnawirawan Jenderal Marinir James Mattis sebagai calonnya untuk menteri pertahanan.

Mattis pernah menjabat kepala Komando Pusat Amerika, yang melakukan operasi-operasi Amerika di Timur Tengah, dan pasukan Panglima Tertinggi Sekutu NATO.

Jenderal purnawirawan itu membutuhkan pengecualian kongres untuk dikukuhkan sebagai menteri pertahanan. Kalau tidak, Mattis tidak akan memenuhi syarat untuk menjabat karena ada undang-undang yang mewajibkan masa tunggu tujuh tahun bagi mantan anggota militer untuk menduduki jabatan itu. Ia pensiun kurang dari empat tahun lalu. [ka/ds]