Sebelum serangan Rusia atas kapal-kapal Ukraina di Laut Hitam hari Minggu (25/11), Amerika dan Rusia telah sepakat tentang agenda yang akan mereka bicarakan dalam pertemuan puncak antara Presiden Trump dan pemimpin Rusia Vladimir Putin, dalam pertemuan puncak mereka yang kedua. Tapi kini agenda itu agaknya telah berubah.
Masalah pengendalian senjata nuklir, Timur Tengah dan Korea Utara tadinya paling atas dalam agenda pertemuan itu, kata pejabat Amerika dan Rusia.
Pemerintah Rusia tadinya siap membahas keputusan pemerintahan Trump untuk menarik diri dari perjanjian yang melarang Amerika dan Rusia mempunyai misil nuklir jarak pendek yang diluncurkan dari darat. Perjanjian itu dicapai antara kedua negara dalam masa Perang Dingin.
Tapi kini, pemerintah Amerika menginginkan komitmen Rusia untuk memberlakukan sanksi-sanksi PBB atas Korea Utara menjelang pertemuan puncak Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bulan depan.
Kata pejabat Amerika, serangan Rusia atas tiga kapal Ukraina telah mengubah dinamika pertemuan dua jam antara Trump dan Putin di sela-sela pertemuan puncak G-20 yang akan diadakan di Argentina. Trump tampaknya terpaksa harus mengambil sikap tegas terhadap Rusia, yang bisa mengganggu tujuannya untuk memperbaiki hubungan kedua negara.
BACA JUGA: Presiden Ukraina Minta Dukungan NATO dalam Sengketa dengan RusiaKata Trump hari Selasa, ia mungkin akan membatalkan pertemuan dengan Putin karena kapal-kapal Rusia telah menembaki dan menyita kapal-kapal Ukraina yang sedang berlayar dekat Jazirah Krimea. Namun hari Kamis (29/11), setelah mengatakan pada wartawan bahwa pertemuan itu akan tetap diadakan, Trump mencuit bahwa ia telah membatalkan pertemuan itu “karena kapal-kapal dan pelaut Ukraina belum dikembalikan dari Rusia.”
Kata Trump lagi dalam pesan Twitternya: “saya akan bersedia mengadakan pertemuan puncak itu segera setelah situasinya dipulihkan.”
“Kita tidak perlu sepakat tentang semua isu, tapi kita perlu berbicara, karena ini adalah demi kepentingan seluruh dunia, dan bukan hanya kepentingan dua negara,“ kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Kata juru bicara departemen LN Amerika Heather Nauert, Amerika ingin diberlakukannya sanksi-sanksi yang lebih keras karena tindakan Rusia itu. (ii)