Washington Post menulis, kedua pemimpin itu bentrok atas kesepakatan yang ditandatangani semasa pemerintahan Obama untuk memukimkan lebih dari 1.000 pengungsi yang ditahan di kamp-kamp tahanan lepas pantai Australia.
Para pejabat Australia telah mengukuhkan, Perdana Menteri Malcolm Turnbull dan Presiden AS Donald Trump terlibat percakapan yang "keras" akhir pekan dan pembicaraan itu lebih singkat dari yang diharapkan semula.
Harian Washington Post melaporkan, Trump menuduh pemimpin Australia itu berusaha mengekspor "pembom Boston berikutnya” ke Amerika, dan presiden Trump mengatakan percakapan telepon itu "yang terburuk" yang pernah dilakukannya dengan para pemimpin dunia sejauh ini.
Trump kemudian menyasar kesepakatan tentang pengungsi itu di Twitter. "Percayakah Anda?" tulisnya. "Pemerintahan Obama setuju untuk menerima ribuan imigran ilegal dari Australia. Mengapa? Saya akan mempelajari kesepakatan bodoh ini!"
Amerika mencapai kesepakatan tentang pengungsi dengan Australia November lalu. Perjanjian itu akan mengirim sampai 1.250 migran dari kamp lepas pantai Australia di pulau Nauru dan di Papua New Guinea untuk dimukimkan di AS, setelah lolos dari pemeriksaan Amerika. Banyak dari mereka berasal dari Iran, Afghanistan dan Pakistan.
Saat ditanya oleh wartawan hari Rabu (1/2), Turnbull mengatakan, dia tidak akan mengungkapkan percakapannya dengan Trump.
"Saya tidak akan mengomentari percakapan antara saya dan Presiden Trump, selain apa yang telah kami katakan secara terbuka, dan Anda pasti bisa memahami alasan-alasannya. Saya menghargai perhatian Anda, tetapi lebih baik percakapan ini dilakukan dengan jujur, terus-terang, dan secara pribadi. Anda akan melihat laporan tentang hal itu. Saya tidak akan menambahkannya," ujar Turnbull.
Kebingungan atas kesepakatan pemukiman pengungsi telah mengorbankan para migran di pusat-pusat pemrosesan lepas pantai Australia. Para migran itu tahun lalu dijanjikan mendapat kesempatan baru, mereka kini malah menghadapi kesepakatan yang mungkin berantakan.
Migran yang berusaha mencapai Australia dengan perahu diusir oleh patroli maritim Australia, atau dikirim ke kamp di Pasifik Selatan, di mana klaim mereka diproses. Australia menolak untuk mengijinkan para tahanan di kamp-kamp lepas pantai dimukimkan di Australia. Para pejabat mengatakan, kebijakan tersebut membuat jera dan akan menghentikan para pencari suaka lainnya yang mempertaruhkan hidup mereka untuk mencapai Australia melalui laut.
Pengecam telah berulang kali mengatakan, kondisi di dalam kamp-kamp itu tidak manusiawi. [ps/ii]