Presiden Donald Trump akan melangsungkan pertemuan tingkat tinggi dengan para pemimpin dari Estonia, Latvia dan Lithuania di Gedung Putih, Selasa (3/4), sementara ketegangan meningkat antara Rusia dan Barat.
Menjelang pertemuan itu, para pemimpin Baltik tersebut menyerukan agar AS tidak meremehkan ancaman dari Rusia yang menurut mereka sedang melangsungkan perang hibrida, yang mengombinasikan serangan dunia maya, usaha mempengaruhi media sosial dan intimidasi militer terhadap negara mereka dan negara-negara lain.
Wakil Presiden Mike Pence memastikan bahwa AS mendukung rakyat tiga negara Baltik itu dalam menghadapi agresi Rusia sewaktu berkunjung ke Estonia musim panas lalu.
"Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, AS menentang setiap usaha untuk menggunakan kekerasan, ancaman, intimidasi atau pengaruh yang merusak terhadap negara-negara Baltik atau sekutu-sekutu kami,” kata Wapres Pence.
Para pemimpin Baltik diperkirakan akan menegaskan bahwa AS seharusnya tidak meremehkan ancaman Rusia terhadap negara mereka saat ini, apalagi sewaktu Moskow terus melangsungkan uji coba misil di perairan internasional yang sangat dekat dengan Latvia dan Swedia.
Sebagian pakar mengatakan, sejumlah negara anggota NATO prihatin mengenai pujian yang sering dilontarkan Trump terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin, tapi juga sedang menunggu tindakan apa yang akan diambil AS.
Magnis Nordenman dari Atlantic Council mengatakan, "Di sisi lain, saya kira negara-negara Baltik juga sedang memantau apa yang sesungguhnya sedang dilakukan AS, seperti rotasi pasukan ke Eropa, dan latihan militer di Eropa utara. Mereka sesungguhnya menyaksikan adanya komitmen besar AS dan usaha AS yang serius dalam meningkatkan pertahanan dan keamanan di Eropa Utara.”
Luke Coffey dari Heritage Foundation mengatakan, Trump bersikap keras terhadap Rusia. "Ia baru saja mengusir 60 diplomat Rusia, ia menyediakan senjata mematikan untuk Ukraina dan Georgia.”
Kebanyakan pakar setuju bahwa negara-negara Baltik menginginkan kehadiran militer AS secara permanen di wilayah mereka ketimbang latihan militer secara bergilir yang digelar NATO. Negara-negara tersebut, menurut mereka, beranggapan kehadiran militer AS bisa mengirim pesan kuat terhadap Rusia untuk mengekang keinginannya.
Your browser doesn’t support HTML5
Nordenman dari Atlantic Council mengatakan, "Jadi saya kira, mereka sangat ingin melihat kehadiran pasukan AS, meski dalam jumlah kecil, di negara-negara Baltik sebagai isyarat adanya komitmen AS terhadap keamanan mereka.”
"Kami dari Heritage Foundation mendukung kehadiran pasukan AS yang sesungguhnya di sana, bukan hanya kehadiran bergilir pasukan AS tapi kehadiran permanen di negara-negara Baltik,” ungkap Coffey dari Heritage Foundation.
Trump dan para presiden negara-negara Baltik diperkirakan juga akan membahas perdagangan, investasi dan pertukaran budaya. [ab/lt]