Berdiri dengan jarak dua meter tanpa penonton di dalam ruangan, kedua calon presiden yang belum pernah bertemu sebelum Selasa malam itu, melakukan debat pertama mereka. Debat itu dipandu oleh stasiun TV, ABC News dan disiarkan secara bersamaan di jaringan TV lain dan ditonton puluhan juta calon pemilih Amerika.
Wakil Presiden Kamala Harris berbicara kepada para pemilih, sama dengan ketika ia menanggapi serangan mantan Presiden Donald Trump, setelah pengunduran diri Presiden Joe Biden dari pencalonan presiden.
“Jelas, saya bukan Joe Biden, dan yang pasti saya bukan Donald Trump. Dan apa yang saya tawarkan adalah kepemimpinan generasi baru bagi negara kita. Seseorang yang percaya pada apa yang mungkin, yang membawa rasa optimisme tentang apa yang bisa kita lakukan dan bukannya selalu meremehkan rakyat Amerika,” kata Harris.
Trump menyalahkan Harris, yang ia sebut sebagai seorang Marxis, atas lonjakan migrasi ilegal yang masuk ke Amerika Serikat. “Mereka (pemerintahan sekarang) menghancurkan tatanan negara kita. Jutaan orang dibiarkan masuk,” tukasnya.
BACA JUGA: Tim Kampanye Harris Tantang Trump untuk Debat Capres KeduaTrump, tanpa bukti, juga menyalahkan Harris atas invasi Rusia ke Ukraina dan perang di Gaza.
“Dia membenci Israel. Pada waktu yang sama dengan caranya sendiri, ia membenci populasi Arab karena seluruh tempat akan diledakkan – orang-orang Arab, Yahudi, Israel. Israel akan musnah,” imbuh Trump.
Bagi Trump, ini adalah ketujuh kalinya tampil di panggung debat capres.
Sementara bagi Harris, ini yang pertama. Harris mengatakan, calon dari Partai Republik itu tidak layak kembali ke Gedung Putih dan ada konsensus menganai hal ini di antara para pemimpin dunia, kecuali para diktator yang dikagumi Trump.
“Anda memuja orang kuat, bukannya peduli pada demokrasi,” sindir Harris.
Para pendukung Trump di ruang pertemuan, seperti anggota Kongres dari Partai Republik, Byron Donalds dari Florida mengatakan, Harris gagal mengemukakan apa yang akan ia lakukan sebagai presiden.
“Yang Kamala Harris lakukan hanya menyerang Trump. Ia tidak berbicara tentang kebijakan, tentang perbedaan antara dirinya dan pemerintahan Biden. Ketika isu Afghanistan muncul, apa yang ia katakan? Tidak ada,” ujarnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Hampir sepertiga pemilih yang disurvei sebelum debat mengatakan mereka mengenal Trump, namun perlu mempelajari lebih lanjut tentang Harris.
Perdebatan itu memunculkan perbedaan yang jelas antara keduanya, menurut anggota Kongres Partai Demokrat dari California, Ted Lieu.
“Kamala Harris pantas menjadi presiden. Donald Trump aneh dan membingungkan,” ujar Lieu.
Kalau Trump dan Harris berdebat lagi sebelum pemilu, itu mungkin merupakan kesempatan terbaik mereka untuk mencoba mempengaruhi sejumlah kecil pemilih yang belum menentukan pilihan mereka di tujuh negara bagian penting, yang diperkirakan akan menentukan siapa yang akan menjadi presiden AS berikutnya. [ps/uh]