Trump, DeSantis Saling Merayu Pemilih Kristen Konservatif di Washington DC

Para hadirin menyanyikan lagu rohani Kristen dalam Pray Vote Stand Summit yang digelar oleh Dewan Riset Keluarga di Washington DC, Jumat, 15 September 2023. Acara itu dihadiri bakal calon presiden yang diusung Partai Republik untuk pilpres AS 2024. (Foto: Jonathan Ernst/Reuters)

Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Gubernur Florida Ron DeSantis berupaya meyakinkan para pemilih Kristen (Prostestan) yang berkumpul di Ibu Kota AS, Washington DC untuk memilih mereka, dalam dua gelaran pada Jumat (15/9).

Kedua bakal calon presiden yang akan diusung Partai Republik berupaya meraup keunggulan karena suara dari kelompok Kristen konservatif memainkan peran penting dalam memilih calon presiden untuk pemilihan presiden (pilpres) 2024.

Semua tekanan terpusat kepada DeSantis, yang tertinggal dari Trump dalam pemilihan pendahuluan presiden Partai Republik dengan selisih 40 persen pada mayoritas jajak pendapat, termasuk di kalangan pemilih Kristen konservatif.

BACA JUGA: Trump Tolak Debat, Tanggapan Pemilih Partai Republik Terpecah

Kedua kandidat itu berbicara dalam dua pasang pertemuan puncak nasional yang diselenggarakan oleh Perempuan Amerika Peduli (Concerned Women of America) dan Dewan Penelitian Keluarga (Family Research Council). Keduanya adalah kelompok advokasi Kristen konservatif yang mendukung sejumlah peraturan hukum yang membatasi antara lain, praktik aborsi.

Dalam acara oleh Dewan Penelitian Keluarga, DeSantis membela keputusannya untuk mengizinkan gereja-gereja di Florida tetap buka selama pandemi COVID-19, yang disambut dengan seruan dukungan dari para penonton yang memadati balairung.

“Kita melindungi institusi agama kita ketika banyak negara bagian mengabaikan hak-hak masyarakat untuk menjalankan keyakinan mereka secara penuh,” kata DeSantis.

USA-ELECTION/REPUBLICANS

DeSantis juga membahas aturan hukum di Florida yang melarang aborsi saat usia kehamilan mencapai enam minggu. Aturan aborsi Florida itu adalah salah satu yang paling ketat di AS.

“Kita sudah membela (pendirian kita),” katanya.

Trump juga membahas aborsi dalam acara dewan itu. Dia mengatakan dirinya mendukung pelarangan aborsi kecuali untuk kasus-kasus pemerkosaan, inses dan untuk menyelamatkan jiwa sang ibu. Pandangan Trump itu disambut dingin oleh para hadirin.

“Mereka sudah kalah dalam banyak pemilihan dan kita tidak bisa membiarkannya terjadi,” ujar Trump. “Banyak politisi yang pro-kehidupan tidak tahu caranya membahas topik ini dengan benar.”

BACA JUGA: Delapan Kandidat Capres Partai Republik AS, Minus Trump, Berdebat Sengit

Tony Perkins, yang sudah lama menjabat sebagai presiden dewan sekaligus pemimpin Kristen konservatif terkemuka, tidak mendukung Trump dalam kampanye Pilpres 2016. Kali ini, dia juga belum memutuskan akan mendukung salah satu kandidat. Namun, saat memperkenalkan Trump, Perkins memujinya sebagai “Seorang pria yang memperjuangkan apa yang dia yakini.”

Meski Trump memberikan alasan logis tentang aborsi, sedikit sekali tanda-tanda bahwa dia telah kehilangan pengaruh di kalangan para konservatif sosial. Dia mendapat tepuk tangan meriah dari para hadirin.

Trump unggul sekitar 35 persentase poin atas DeSantis dan Vivek Ramawasmy di kalangan umat Kristen konservatif, menurut jajak pendapat oleh Reuters/Ipsos yang ditutup pada Kamis (14/9).

Donald Trump, mantan presiden AS dan bakal calon presiden yang diusung Partai Republik, menghadiri acara Pray Vote Stand Summit di Washington DC, 15 September 2023. (Foto: Jonathan Ernst/Reuters)

Para pemilih tersebut tetap mendukung Trump yang sudah dua kali bercerai meskipun ia jarang menyitir ayat-ayat suci atau berbicara seperti pengkhotbah. Para pemilih juga bergeming ketika dia menghadapi serangkaian dakwaan yang melibatkan upaya untuk membatalkan Pilpres 2020 dan upaya membayar "uang tutup mulut" kepada seorang bintang film dewasa.

Banyak aktivis Kristen yang memuji Trump karena membantu menghadiri hak-hak aborsi secara nasional dengan mengangkat tiga hakim konservatif untuk duduk di Mahkamah Agung AS. Tahun lalu MA membatalkan putusan dalam kasus Roe versus Wade 1973 yang menjadi dasar perlindungan hukum hak aborsi.

Robert Goss, seorang pensiunan petugas penegak hukum berusia 77 tahun, sedang menunggu Trump dan DeSantis di acara dewan. Pria asal Locust Dale, Virginia, itu mengatakan dia masih menimbang-nimbang siapa kandidat yang akan didukungnya.

BACA JUGA: Selain Biden dan Trump, Mungkinkan Ada Capres Lain Bertarung di Pilpres AS 2024?

Goss mengatakan dia bisa saja dibujuk untuk memilih Trump lagi. Namun, “Dia harus melalui semua masalah hukum. Dan saya tidak mau empat tahun lagi tanpa melakukan apa-apa selain berkelahi dan cekcok. Kami ingin menyelesaikan sesuatu.”

Hannah Brusven, seorang penyelenggara acara politik dari Idaho yang menghadiri acara perempuan di Washington, mengatakan bahwa dia awalnya tertarik mendukung DeSantis. Namun, perempuan berusia 25 tahun itu mengalihkan dukungan ke Trump.

“Saya berpikir DeSantis akan menjadi sosok yang sempurna karena dia masih muda, dia semangat. Dia bisa saja jadi JFK baru,” kata Brusven merujuk kepada mendiang Presiden John F. Kennedy yang seorang politisi Partai Demokrat.

“Tetapi dia tidak seperti itu,” ujarnya. [ft/ah]