Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Kamis (27/7) didakwa secara ilegal menyimpan dokumen rahasia yang merinci rencana operasional serangan militer AS terhadap Iran. Ia juga telah didakwa dengan dua tuduhan lain karena berusaha "mengubah, menghancurkan, merusak, atau menyembunyikan bukti" selama penyelidikan terhadap dokumen rahasia yang dibawa ke rumahnya di Mar-a-Lago di Florida.
Trump dan seorang karyawan di kediaman Mar-a-Lago miliknya, menjadi subjek dari tiga dakwaan kriminal baru. Jaksa federal di Florida menambahkan 37 dakwaan yang dihadapinya dalam penyelidikan, apakah ia membawa dokumen rahasia secara tidak sah, ketika masa kepresidenannya berakhir dan menyimpannya di kediamannya setelah berulang kali diminta untuk mengembalikannya.
Your browser doesn’t support HTML5
Trump menghadapi tuduhan bahwa ia dan karyawannya itu meminta seorang anggota staf di Mar-a-Lago untuk menghapus rekaman kamera di perumahannya, dalam upaya menghalangi penyelidikan dokumen rahasia itu.
Trump juga didakwa dengan satu lagi tuduhan yaitu, dengan sengaja meyimpan informasi pertahanan nasional. Ia diduga menunjukkan rencana operasional militer AS untuk menyerang Iran, kepada seorang penulis, penerbit, dan dua anggota staf di klubnya di Bedminster, New Jersey, pada Juli 2021.
Seorang analis keamanan dan diplomasi mengatakan, rencana militer itu tidak berarti bahwa AS berencana menyerang Iran, namun Pentagon menyiapkan rencana untuk skenario terburuk. Ia mengatakan dugaan bahwa Trump menunjukkan atau membagi dokumen itu belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah AS.
"Tugas militer adalah merencanakan yang terburuk dan berharap yang terbaik. Jadi ada banyak rencana perang di luar sana. Namun jelas, yang melibatkan Iran sangat serius karena Iran punya sejarah mengembangkan senjata nuklir," ujar Cécile Shea adalah pakar di Chicago Council on Global Affairs.
"Jadi, ada fakta bahwa presiden tampaknya membual tentang rencana itu, tapi kelihatannya ia tidak punya rencana militer untuk itu," tambahnya.
BACA JUGA: Iran Beri 'Jawaban Terperinci' Kepada IAEA Atas Dua Situs NuklirTrump berulang kali menolak berbagai penyelidikan federal yang ia hadapi, dengan mengatakan penyelidikan itu bermotif politik karena ia merupakan kandidat unggulan dalam pertarungan untuk menjadi calon presiden dari Partai Republik dalam pemilu presiden 2024.
"Saya tidak pernah berpikir hal seperti ini bisa terjadi di Amerika. Satu-satunya kejahatan yang saya lakukan adalah membela negara kita tanpa rasa takut dari mereka yang berusaha menghancurkannya. Sejak awal, Demokrat memata-matai kampanye saya, ingat itu? Mereka menyerang saya secara gencar dengan penyelidikan-penyelidikan terhadap penipuan."
Trump juga berpendapat bahwa dakwaan itu dapat memicu kekerasan dan " membuat negara ini terpecah belah." [ps/em]