Presiden terpilih AS Donald Trump akan melangsungkan konferensi pers pertamanya dalam enam bulan, Rabu, dan dipastikan akan menghadapi pertanyaan-pertanyaan mengenai tuduhan intelijen AS bahwa Rusia berusaha mempengaruhi pemilu yang dimenangkannya November lalu dan bagaimana rencananya mengatasi potensi konflik kepentingan yang melibatkan bisnisnya.
Konferensi pers terakhir Trump berlangsung Juli lalu ketika ia menyerang saingannya dari Partai Demokrat Hillary Clinton karena berbulan-bulan menghindari berbicara kepada pers.
Saat itu ia mengatakan, “Sudah 235 hari sejak terakhir kali Hillary Clinton si pembohong menyelenggarakan konferensi pers. Anda, sebagai reporter, yang memberinya liputan-liputan yang baik seharusnya bertanya ‘mengapa?’. Meski kelihatan tenang, dia sebetulnya sedang kacau balau.”
Kebanyakan presiden AS pada zaman modern melangsungkan konferensi pers hanya beberapa hari setelah memenangkan pemilu. Namun Trump, sementara aktif menyampaikan pendapatnya di Twitter dan sesekali bertemu wartawan dalam waktu singkat selama proses persiapannya menjabat presiden 20 Januari mendatang, ia belum pernah secara resmi bertemu sekelompok wartawan dan menjawab pertanyaan mereka.
Ia awalnya merencanakan konferensi pers pertengahan Desember lalu namun dibatalkan. konferensi pers itu tadinya akan membahas mengenai bagaimana ia akan meninggalkan bisnisnya untuk menghindari kemungkinan terjadinya konflik kepentingan. Trump memiliki banyak kepentingan bisnis di AS dan luar negeri sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana bisnis-bisnis itu akan dikelola sementara ia berada di Gedung Putih untuk membuat banyak kebijakan.
Trump kemungkinan juga akan menghadapi pertanyaan mengenai klaim-klaim bahwa Rusia memiliki informasi yang bisa menyudutkannya, dan bahwa para pejabat kampanyenya berkolusi dengan dinas intelijen Rusia. Trump, pengacaranya, dan seorang juru bicara presiden Rusia mengatakan, laporan-laporan itu hasil rekayasa. (ab/as)