Trump Ingin Amerika Dominasi AI Ketika Industri Pertimbangkan Manfaat dan Risikonya

ILUSTRASI - Tanda AI (Kecerdasan Buatan) pada Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (WAIC) di Shanghai, China, 6 Juli 2023. (Aly Song/REUTERS)

Perusahaan-perusahaan kecerdasan buatan (AI) generatif /gen AI, berlomba membangun popularitas program-program, seperti ChatGPT, namun regulasi AI belum bisa mengimbangi teknologi tersebut. Kini, pemerintahan yang baru akan mendukung dominasi AS dalam bidang AI, ketimbang berupaya memitigasi risiko.

Pengumuman besar disampaikan Presiden terpilih Donald Trump dan CEO Softbank Masayoshi Son pekan lalu.

“Saya sangat senang mengumumkan bahwa Softbank akan menginvestasikan $100 miliar di Amerika, menciptakan minimal 100,000 pekerjaan di Amerika. Ini akan membantu memastikan bahwa kecerdasan buatan, teknologi baru, dan industri masa depan lainnya dibangun, diciptakan, dan dikembangkan di sini, di Amerika Serikat,” jelasnya.

Inovasi-inovasi dalam kecerdasan buatan generatif berkembang pesat, sebagian didorong oleh popularitas program-program seperti ChatGPT, yang terlatih mengelola data tekstual dalam jumlah besar untuk menghasilkan konten baru.

Namun kemampuan teknologi yang tampaknya tidak terbatas ini menimbulkan pertanyaan mengenai keamanan dan regulasi.

Kevin Werbach, dosen kajian hukum dan etika bisnis di Wharton School di Universitas Pennsylvania, mengatakan, “Pemerintahan Trump sudah sangat jelas ingin menghilangkan sebagian besar peraturan AI yang diberlakukan selama pemerintahan Biden. Mereka mengatakan ingin melepaskan AI dari kekangan, untuk memenangkan perang AI melawan China, untuk memimpin dunia.”

Your browser doesn’t support HTML5

Trump Ingin AS Dominasi AI Ketika Industri Pertimbangkan Manfaat dan Risikonya

Pada KTT AI baru-baru ini di New York, para peserta mengungkapkan kegembiraan mereka akan masa depan AI, dan juga keinginan mereka untuk memiliki kebijakan-kebijakan dan standar-standar yang dapat membantu memitigasi dampak buruknya.

Werbach mengatakan, “Perusahaan-perusahaan ingin memahami cara menghindari kesalahan dan krisis humas yang terjadi ketika, misalnya, AI bias atau AI gagal beroperasi sesuai rancangan.”

Jaye Watts, pendiri dan CEO Coexist Gaming, menyoroti pentingnya transparansi dari kreator-kreator dan perusahaan-perusahaan seperti Valve, pengembang dan distributor video game besar.

“Transparansi akan memaksa perusahaan untuk mengatakan bagaimana mereka menggunakan AI, sehingga mereka tidak sembarangan menggunakan semua aset generatif yang ada dari suatu tempat, yang berpotensi melanggar hak orang lain,” jelasnya.

BACA JUGA: “Artificial Intelligence” Tebar Ancaman yang Dapat Menyesatkan Pemilih dalam Pilpres AS 2024

Memastikan bahwa model AI generatif dilatih berdasarkan data berkualitas adalah hal yang ideal, namun para pengembang tidak selalu memiliki akses ke data tersebut, kata Oshin Anand di Sahaj AI.

“Saat Anda menggunakan versi model bahasa besar yang telah dilatih sebelumnya, bahkan jika Anda menyempurnakan lapisan terakhirnya, Anda tidak memiliki kendali atas sejumlah besar data yang sudah dilatih. Jadi mungkin ada penyesuaian, tetapi tidak ada konsep untuk membatalkan pembelajaran data tersebut,” sebut Oshin.

Para ahli menyarankan untuk menggabungkan pengukuran dan tolok ukur untuk menilai kinerja program AI, yang mereka harap pada akhirnya akan mendorong lebih banyak bisnis.

Kembali Anand mengatakan,“Itulah cara Anda meyakinkan orang, itulah cara Anda membangun kepercayaan.”

Ilustrasi AI - (Dado Ruvic/REUTERS)

Jiajun Lu, pendiri dan CEO Akool, sebuah perusahaan pembuat video dan audio AI, mengatakan pendekatan yang mengutamakan peraturan yang terlalu berat dapat menghambat inovasi dan persaingan.

“Jika beberapa negara lebih agresif dalam hal regulasi dan beberapa negara kurang agresif, kemungkinan besar perusahaan-perusahaan teknologi akan berpindah ke negara lain yang kurang agresif dalam hal regulasi. AI adalah bidang yang ingin dikuasai oleh setiap negara, sehingga mereka akan menyelaraskan peraturannya,” jelasnya.

Seiring kemajuan kecerdasan buatan, kecerdasan manusia masih harus menentukan keseimbangan yang tepat antara inovasi dan ketertiban. [ab/uh]