Serangkaian serangan pesawat nirawak (drone) di Arab Saudi, yang menghantam pusat produksi minyaknya, terus meningkatkan ketegangan.
Pada hari Senin, Presiden AS Donald Trump hampir menuding Iran sebagai pelakunya. Setelah bertemu Putra Mahkota Salman dari Bahrain, Trump mengatakan di Gedung Putih, "Segera setelah kami mengetahui pasti, saya akan beritahu kalian. Tapi kelihatannya seperti itu,” jelasnya.
Trump bersikeras mengatakan, ia tidak menginginkan perang dengan Iran, namun AS siap secara militer. "Itu serangan yang sangat besar, dan itu akan bisa dibalas dengan mudah oleh AS dengan serangan yang beberapa kali lebih besar,” imbuh Trump.
BACA JUGA: Serangan Terhadap Fasilitas Minyak Saudi Kacaukan ProduksiKelompok Houthi yang didukung Iran dan mengontrol ibukota Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. AS belum memiliki bukti bahwa Iran mendalangi serangan itu.
Teheran membantah terlibat, dan menyebut tuduhan itu kebohongan besar. Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, "Orang-orang Yaman menggunakan hak sah mereka untuk membela diri. Serangan itu merupakan aksi pembalasan, dan solusi utamanya adalah menghentikan semua serangan ini. Solusi bagi krisis Yaman juga bersifat politik.”
Your browser doesn’t support HTML5
Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Yaman, Martin Griffiths mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB, serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi itu memiliki konsekuensi besar. “Insiden luar biasa serius ini sangat memperbesar peluang terjadinya konflik regional dan sangat mengecilkan peluang rekonsiliasi,” jelasnya.
Meski terjadi serangan itu, Trump mengatakan, masih ada jalur diplomasi.
Kekhawatiran akan melebarnya pertikaian di kawasan itu telah mengakibatkan harga minyak melonjak tinggi. Arab Saudi mengatakan akan mengundang PBB dan pakar internasional untuk melakukan penyelidikan. [ab/uh]