Trump Katakan Bersedia Bertemu Pemimpin Iran ‘Tanpa Prasyarat’

Presiden Donald Trump (kanan) bersama Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte dalam konferensi pers di Ruang Timur Gedung Putih, Washington,D.C. Senin, 30 Juli 2018.

Presiden Amerika Donald Trump mengatakan ia bersedia bertemu para pemimpin Iran “tanpa prasyarat” dan “kapan saja mereka mau.” Tetapi dalam konferensi pers hari Senin, ia juga mengatakan bahwa “rezim brutal” Iran sama sekali tidak boleh dibiarkan memiliki senjata nuklir.

Pekan lalu, Trump saling melontarkan retorika panas dengan Teheran, dan memperingatkan presiden Iran agar jangan pernah sekali-kali mengancam Amerika Serikat lagi. Wartawan VOA Zlatica Hoke melaporkan selengkapnya berikut ini.

Iran dibahas dalam konferensi pers bersama Presiden Amerika Donald Trump dengan Perdana Menteri Italia yang sedang melawat, Giuseppe Conte.

Trump mengemukakan, "Perdana menteri juga sepakat bahwa rezim brutal di Iran harus dilarang sama sekali untuk memiliki senjata nuklir. Jangan pernah. Kami mendorong semua negara untuk menekan Iran agar mengakhiri seluruh aktivitas jahatnya. Amerika Serikat menyambut baik kemitraan Italia dalam upaya-upaya sangat penting ini.”

Tetapi ketika ditanya apakah ia bersedia bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani, Trump mengatakan ia akan bertemu dengan para pemimpin Iran kapan saja mereka menghendaki pertemuan tersebut, tanpa prasyarat. Ia mengatakan pertemuan itu bermanfaat dalam melonggarkan ketegangan yang berpotensi membahayakan, dan bahwa pertemuannya baru-baru ini dengan pemimpin-pemimpin Rusia dan Korea Utara merupakan contoh yang baik.

Trump menjelaskan, "Saya pasti akan bertemu dengan Iran apabila mereka ingin bertemu. Saya tidak tahu apakah mereka siap. Mereka sedang menghadapi masa sulit sekarang ini. Tetapi saya mengakhiri perjanjian dengan Iran. Ini adalah perjanjian yang konyol. Saya percaya mereka mungkin pada akhirnya akan menghendaki pertemuan.”

Para pejabat di Teheran mengesampingkan pembicaraan apapun dengan Washington, dengan menyatakan Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa negara itu tidak dapat dipercaya.

Amerika dan Iran berselisih sejak kaum ulama berkuasa di Teheran pada tahun 1979. Trump menyulut kemarahan baru di Iran pada Mei lalu sewaktu ia menarik mundur Amerika dari perjanjian nuklir yang dicapai pada tahun 2015 antara Iran dan enam negara berpengaruh di dunia. Ia menyerukan perjanjian yang lebih keras yang akan mengendalikan perilaku Iran di kawasan, selain melucuti program nuklirnya.

Your browser doesn’t support HTML5

Trump Katakan Bersedia Bertemu Pemimpin Iran ‘Tanpa Prasyarat’

Presiden Iran memperingatkan bahwa kebijakan-kebijakan Trump akan menjurus pada “perang paling dahsyat," peringatan yang kemudian mengundang tanggapan marah dari Trump.

Akan tetapi seorang jenderal senior Iran, Kamis lalu mengatakan bahwa pasukannya siap menghadapi tantangan apapun dari Trump.

Qassem Soleimani, komandan pasukan Quds dari Garda Revolusi Iran, mengatakan,"Dengan ini, saya ingatkan, Mr. Trump: Sadarlah bahwa kami begitu dekat dengan Anda, di tempat yang bahkan tidak pernah Anda bayangkan.”

Untuk sementara ini, Iran lebih khawatir akan sanksi-sanksi ekonomi Amerika daripada kekuatan militernya. Sanksi-sanksi tersebut memaksa sebagian pengusaha asing untuk mundur dari Iran, yang dapat sangat merugikan ekonomi negara itu. [uh/ab]