Menyebut Korea Utara negara dengan kediktatoran yang keji dan tidak bermoral, Presiden AS Donald Trump dalam pidato kenegaraan pertamanya, kembali menjanjikan akan menggunakan tekanan maksimal untuk mencegah Pyongyang mengembangkan misil nuklir yang dapat mengancam daratan utama AS.
Trump mengatakan, pengalaman menunjukkan bersikap santun dan bersedia berkompromi hanya mengundang agresi dan provokasi Korea Utara. Karena itu, kata Trump, ia tidak akan mengulang kesalahan pemerintahan-pemerintahan AS sebelumnya yang menempatkan AS dalam situasi berbahaya seperti sekarang.
Meski demikian, Trump menunjukkan sikap lebih menahan diri dibanding sebelumnya. Ia tidak lagi mengolok-ngolok pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sebagai manusia roket kecil dalam pidatonya itu. Trump juga tidak menyebutkan kemungkinan penggunaan kekerasan dalam mengendalikan Korea Utara, meski muncul laporan-laporan belakangan ini yang menyebutkan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan untuk melancarkan serangan militer seandainya kembali muncul provokasi.
Tahun lalu, ketegangan antara Korea Utara dan AS meningkat menyusul usaha Pyongyang untuk mengembangkan misil berhulu ledak nuklir yang berkemampuan menjangkau AS. Pemerintahan Trump tidak hanya memimpin usaha internasional untuk memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi keras terhadap Korea Utara, tapi juga menegaskan bahwa kekuatan militer masih merupakan salah satu pilihan dalam mengatasi ancaman yang berkembang terhadap daratan utama AS.
Korea Selatan mendukung komunikasi yang meningkat dengan Korea Utara untuk mengurangi ketegangan dan baru-baru ini merundingkan penghentian sementara uji misil dan nuklir Pyongyang dengan membujuknya berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin di PyeongChang, Korea Selatan. AS juga menyepakati penundaan latihan militer gabungan dengan Korea Selatan hingga berakhirnya Olimpiade Musim Dingin untuk mengakomodasi partisipasi damai Korea Utara. [ab/uh]