Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Sabtu (22/6) mengajak umat Kristen evangelis untuk memberikan suara mereka kepadanya pada pemilu yang diselenggarakan pada November. Ia berjanji untuk secara aktif mempertahankan kebebasan beragama mereka jika dia kembali terpilih.
Trump, yang jarang menghadiri ibadah di gereja, memperkuat basis politiknya di kalangan kelompok sayap kanan beragama. Dia telah menjanjikan, dan berhasil mewujudkan, beberapa agenda utama. termasuk menunjuk hakim Mahkamah Agung yang mendukung pembatalan hak federal untuk aborsi.
"Kaum evangelis dan Kristen, mereka tidak memberikan suara sebanyak yang seharusnya," ujar Trump kepada ratusan pendukungnya dalam konferensi di Washington yang diselenggarakan oleh Koalisi Iman dan Kebebasan, sebuah kelompok advokasi konservatif.
"Mereka pergi ke gereja setiap hari Minggu, tetapi mereka tidak memberikan suara," katanya.
Para pemilih evangelis memainkan peran penting dalam kemenangan Trump pada 2016 dan juga dalam kampanyenya yang tidak berhasil pada 2020. Menurut Pew Research Center, pada 2020, 84 persen dari warga Protestan evangelis kulit putih memilih Trump.
Trump berjanji untuk melindungi kepentingan mereka, dan ia berjanji untuk “secara agresif membela kebebasan beragama.”
"Kita akan melindungi umat Kristen di sekolah-sekolah kita, di militer kita, di pemerintahan kita, di tempat kerja kita, di rumah sakit kita, dan di ruang publik kita," katanya kepada para pendukungnya.
Trump juga mengklaim bahwa dia telah "melawan komunis, Marxis, dan fasis untuk membela kebebasan beragama dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh presiden lainnya."
BACA JUGA: Dari Dua Kandidat Presiden AS, Siapa Lebih Agamis?"Jika saya melepas baju ini, Anda akan melihat seseorang yang sangat indah. Tapi Anda juga akan melihat luka di sekujur tubuh saya, saya memiliki banyak luka," kata Trump.
Banyak pejabat Partai Republik dan pemilih konservatif kini menekan Trump untuk mendukung larangan atau pembatasan aborsi nasional.
Namun Trump menahan diri untuk tidak membuat komitmen apa pun, yang dapat membahayakan secara politik. Ia mengatakan kepada para pendukungnya bahwa keputusannya bergantung pada masing-masing negara bagian.
“Rakyat akan memutuskan, dan itulah yang seharusnya terjadi,” katanya kepada massa.
Trump juga berjanji untuk membentuk "satuan tugas federal baru untuk memerangi bias anti-Kristen" yang akan menyelidiki dugaan "diskriminasi ilegal, pelecehan, penganiayaan" terhadap umat Kristen AS.
Menurut survei Pew Research yang dirilis pada Maret, sekitar 49 persen dari penduduk AS merasa bahwa penurunan pengaruh agama di negara tersebut adalah sesuatu yang tidak baik.
Jumlah orang di AS yang mengidentifikasi diri sebagai Kristen telah menurun dari hampir 90 persen pada 1990-an menjadi kurang dari dua pertiga populasi pada 2022, terutama disebabkan oleh meningkatnya jumlah orang yang mengaku tidak terikat dengan agama tertentu.
Mayoritas anggota Kongres masih beragama Kristen, dengan 88 persen anggota yang mengambil sumpah pada 2023 mengidentifikasi diri mereka sebagai penganut Kristen.
Saingan Trump dari Partai Demokrat dalam pemilu, Presiden Joe Biden, yang mendukung hak aborsi, adalah seorang Katolik taat yang menghadiri misa secara rutin.
BACA JUGA: Aborsi Jadi Isu Penting dalam Pilpres AS 2024Bagi banyak Kristen evangelis kulit putih, yang merupakan kelompok denominasi konservatif yang mencakup sekitar 14 persen dari pemilih di AS, mempertahankan relevansi agama dalam kehidupan publik sangatlah penting.
Trump mengatakan kepada massa bahwa kelompok politik kiri ingin "membungkam Anda, mendemoralisasi Anda, dan mereka ingin menjauhkan Anda dari politik."
“Mereka tidak ingin Anda memilih, itu sebabnya Anda harus memilih,” katanya, seraya menambahkan “jika Anda memilih, tidak, kita tidak bisa kalah.”
Trump akan berhadapan dengan Biden dalam debat presiden pertama 2024 yang akan digelar pada Kamis mendatang. [ah]