Kehadiran Donald Trump di pengadilan tidak lagi menjadi gangguan bagi kampanye pencapresannya. Hal itu justru menjadi bagian dari strateginya.
Dinamika itu tampak jelas pada Senin (2/10) ketika sang mantan presiden yang juga menjadi kandidat capres unggulan dari Partai Republik secara sukarela pergi ke pengadilan di New York untuk menghadiri pembukaan sidang perdata kasus penipuan yang menuduhnya menggelembungkan nilai bisnisnya secara berlebihan.
Trump tidak berkewajiban untuk hadir dan tidak memainkan peran apa pun dalam sidang hari itu. Namun ia memanfaatkan kesempatan itu untuk mendapatkan sorotan media dan kembali menggambarkan dirinya sebagai korban sistem peradilan yang dipolitisasi. Sikapnya itu telah membantu namanya menjadi unggulan dalam persaingannya memperebutkan tiket calon presiden dari Partai Republik.
Adegan itu kurang lebih sama seperti yang telah terjadi dalam beberapa kesempatan sebelumnya sejak musim semi lalu, ketika Trump harus memenuhi panggilan ke pengadilan maupun ke penjara lokal dalam empat dakwaan terpisah di empat yurisdiksi berbeda. Wartawan mengantre semalam suntuk sejak Minggu (1/10) untuk mendapatkan kursi di ruang sidang; helikopter media massa melacak pergerakan rombongan kendaraannya dari Menara Trump ke pengadilan di Manhattan; dan televisi berita menyiarkan secara langsung tontonan itu.
BACA JUGA: Diduga Gelembungkan Nilai Aset, Kerajaan Bisnis Donald Trump dalam BahayaTapi tetap saja ia mengeluhkan kehadirannya secara sukarela di pengadilan.
“Ini bermotif politik,” ujarnya. “Kini mereka telah sukses karena telah menarik saya dari agenda kampanye. Saya duduk seharian di pengadilan alih-alih berkampanye di Iowa, New Hampshire, South Carolina atau tempat lainnya.”
“Ini campur tangan pemilu. Mereka mencampuri pemilihan presiden 2024.”
“Lebih baik saya berkampanye daripada melakukan hal ini.”
Ia menghabiskan hari itu dengan duduk di balik meja pengacaranya, mengamati jalannya persidangan dan sesekali berunding dengan pengacaranya.
Trump, yang tampak semakin marah seiring berjalannya waktu, mencerca tuduhan yang menyebut nilai kekayaannya lebih sedikit dari apa yang ia klaim, serta mencerca hakim yang sebelumnya sudah memutusnya kalah dan jaksa agung New York yang mengajukan kasus tersebut.
Trump mencibir jaksa agung Letitia James ketika ia berjalan melewatinya pada saat jeda makan siang. Trump, yang menghindari kontak mata dengan James saat berpapasan sebelumnya pada hari itu, kali ini memiringkan kepalanya ke arahnya dan memberikan tatapan tajam.
Namun di penghujung hari, suasana hatinya berubah. Ia keluar dari ruang sidang dengan mengklaim bahwa ia telah meraih kemenangan, merujuk pada pernyataan yang menurutnya menunjukkan bahwa hakim lebih condong pada pembelaannya bahwa sebagian besar tuduhan yang dilayangkan melampaui batas waktu yang sah.
BACA JUGA: Kepala Staf Gabungan yang Menolak Loyal pada Trump, PensiunPenampilannya itu menarik lebih banyak perhatian ketimbang saat berkampanye. Penampilan itu juga memberi Trump kesempatan baru untuk menggalang dukungan basis massanya dan meningkatkan jumlah dana sumbangan bagi kampanyenya, terlebih tidak ada lagi dakwaan yang mungkin akan diajukan terhadapnya. Pendakwaannya – termasuk foto mug shotnya – memperkuat operasi penggalangan dana yang sebelumnya sulit dilakukan karena beban biaya hukum. Ia kembali memanfaatkan masalah hukumnya untuk menggalang dana, mengirim surel dan SMS untuk memohon sumbangan dalam jumlah kecil.
Trump dengan cerdik menggunakan permasalahan hukumnya untuk meningkatkan kampanyenya. Posisi Trump dalam pemilihan pendahuluan semakin kokoh sejak sebelum keempat dakwaan dikenakan terhadapnya, membuatnya menjadi kandidat terdepan yang tak terbantahkan untuk nominasi capres Partai Republik, tiga bulan sebelum pemungutan suara pendahuluan dilakukan. [rd/jm]