Raih 51 Persen Suara, Trump Menang Besar di Kaukus Iowa

Kandidat presiden dari Partai Republik mantan Presiden Donald Trump naik panggung pada pesta malam kaukus di Des Moines, Iowa, Senin, 15 Januari 2024. (Foto: AP/Andrew Harnik)

Terlepas dari kasus-kasus kriminal yang menjerat mantan Presiden Donald Trump, sebagian besar pendukung Partai Republik menilai Trump masih pantas calonkan diri kembali menjadi presiden AS dalam pemilu mendatang. Ini tampak dari kemenangan Trump dalam Kaukus Iowa, meraih suara mayoritas 51 persen.

Mantan Presiden AS Donald Trump memenangkan Kaukus Iowa pada Senin (15/1) malam, yang merupakan proses pencalonan negara bagian pertama, yang akan digunakan Partai Republik, guna memilih kandidat yang akan berhadapan dengan Presiden Joe Biden dalam pemilihan umum November nanti.

Trump memperoleh lebih dari separuh suara, sekitar 51 persen, dengan Gubernur Florida Ron DeSantis menempati posisi kedua dengan 21 persen dan mantan Gubernur South Carolina, Nikki Haley berada di belakangnya dengan 19 persen.

“Ini merupakan pengalaman yang luar biasa,” kata Trump kepada para pendukungnya dalam pidato kemenangan di Des Moines.

“Kami ingin berterima kasih kepada orang-orang hebat Iowa. Terima kasih. Kami cinta kalian semua!,” ujar Trump.

“Dan mereka mengatakan, jika Anda menang selisih 12 persen, itu adalah kemenangan besar. Itu akan sangat sulit dilakukan. Saya rasa kita sudah melipatgandakannya lebih dari dua kali lipat,” tambahnya.

Cengkeraman mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di dalam Partai Republik nampak begitu kuat. Menurut survei awal yang dilakukan lembaga riset Edison untuk National Election Pool, sekitar 65 persen koresponden menilai Trump masih pantas menjabat presiden meskipun dia terjerat berbagai kasus kriminal. Sedangkan 31 persen lainnya menilai, dia tidak pantas.

Kemenangan Trump atas Gubernur Florida Ron DeSantis dan mantan Duta Besar PBB Nikki Haley dalam Kaukus Iowa Senin (1/15) malam lalu menunjukkan soliditas pendukung Partai Republik untuk pencalonan Trump dalam pemilu presiden Amerika Serikat 2024.

Meski diterjang cuaca dingin yang ekstrem, para pendukung Trump tetap datang, bahkan dalam kampanye terakhirnya sebelum pelaksanaan Kaukus. Salah satu dari mereka adalah Sarka Moore, imigran asal Republik Ceko, yang merelakan waktunya untuk melakukan riset dan hadir untuk pertama kalinya di kaukus Partai Republik demi mendukung Trump.

“Saya suka kebijakannya. Semuanya dulu luar biasa ketika Trump menjabat. Tidak ada perang. Ekonomi bagus. Dan dulu juga tidak ada migran yang begitu saja melintasi perbatasan. Ini menurut saya cukup mengkhawatirkan,” ujar Moore.

Kemenangan Trump dalam Kaukus Iowa ini merupakan salah satu kemenangan dengan margin terbesar sepanjang sejarah kontestasi kandidat presiden dari Partai Republik.

Your browser doesn’t support HTML5

Momentum Baru bagi Trump Pasca Pemilihan Iowa

Angka yang diperhatikan para kandidat selama proses pencalonan adalah jumlah delegasi yang mereka kumpulkan, dengan suara di setiap negara bagian menentukan berapa banyak delegasi yang dialokasikan untuk setiap kandidat dalam upaya mereka untuk mendapatkan 1.215 dukungan yang dibutuhkan untuk menjadi mayoritas.

Iowa, yang penting dalam proses ini karena merupakan gelaran pertama, memiliki jumlah delegasi relatif kecil, dengan Trump memperoleh 20 delegasi untuk kemenangannya, sementara DeSantis mendapat 8 dan Haley 7.

Tiga kandidat teratas ini menunjukkan kepercayaan diri setelah kaukus pada Senin, seiring penantian mereka pada pemilu berikutnya di New Hampshire minggu depan dan pemilihan pendahuluan di South Carolina pada akhir Februari.

Haley menggambarkan dirinya sebagai “generasi baru kepemimpinan konservatif” ketika ia berbicara kepada para pendukungnya, sambil memposisikan hasil pemilihan pada Senin dan kalender pemilihan pendahuluan yang akan datang, sebagai makin sengitnya persaingan antara dirinya dan kandidat unggulan, Trump.

BACA JUGA: Hasil Awal: Trump Diproyeksikan Sebagai Pemenang Kaukus Iowa

“Ketika Anda melihat seberapa baik kinerja kami di New Hampshire, South Carolina, dan sekitarnya, saya dapat dengan yakin mengatakan malam ini Iowa menjadikan pemilihan pendahuluan Partai Republik ini sebagai perlombaan yang diikuti oleh dua orang,” kata Haley.

DeSantis menggambarkan pencalonannya sebagai representasi “harapan bagi masa depan negara ini” sambil berterima kasih kepada para pendukungnya yang telah mendukungnya meskipun ia melihat kampanye “semua orang menentang kami” di Iowa.

“Ada banyak pekerjaan yang harus kita lakukan, tapi saya dapat memberitahu Anda ini, sebagai presiden Amerika Serikat berikutnya saya akan menyelesaikan pekerjaan untuk negara ini,” kata DeSantis.

Negara-negara bagian yang memberikan suara lebih awal telah menghentikan pencalonan calon presiden yang tidak memberikan hasil yang baik, dan kaukus pada Senin mengakhiri kampanye pengusaha bioteknologi Vivek Ramaswamy.

BACA JUGA: Putra Donald Trump Optimis Pemilih akan Pilih Ayahnya Sebagai Capres AS di Kaukus Iowa 

Setelah menempati posisi keempat dengan 7,7 persen suara, Ramaswamy mengumumkan bahwa dia menangguhkan kampanyenya sebagai presiden dan mendukung Trump dalam pencalonan tersebut.

Bahkan sebelum pemungutan suara di Iowa, kurangnya dukungan menjadi penyebab berakhirnya beberapa kampanye calon Partai Republik lainnya, termasuk untuk wakil presiden Trump, Mike Pence, mantan Gubernur New Jersey Chris Christie, dan Senator South Carolina, Tim Scott.

Meskipun persaingan semakin ketat, Partai Republik tidak akan secara resmi menunjuk calon presiden mereka sampai konvensi partai mereka pada Juli, sementara Partai Demokrat diperkirakan akan menunjuk Biden sebagai kandidat mereka pada konvensi bulan Agustus.

Pada akhirnya, sebagian besar analis jajak pendapat dan politik memperkirakan persaingan lain antara dua politisi lanjut usia, Trump, 77 tahun, dan Biden, 81 tahun, ini akan menjadi pengulangan pemilu 2020 yang kontroversial, ketika Biden menggagalkan upaya Trump untuk terpilih kembali.

Pendukung mantan Presiden AS dan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump di Des Moines, Iowa, pada 15 Januari 2024. (Foto: AFP)

Trump menghadapi 91 tuntutan pidana yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam empat dakwaan dan persidangan. Beberapa kasus mungkin akan berlangsung dalam beberapa bulan mendatang, termasuk kasus di Washington yang dijadwalkan pada 4 Maret, yang menuduhnya secara ilegal mencoba membalikkan kekalahannya dalam pemilu 2020. Namun tuntutan pidana tidak banyak berpengaruh menjelang pemilu di Iowa.

Baik Haley maupun DeSantis menghindari serangan politik yang konsisten dan vokal terhadap Trump, karena takut menjauhkan mereka dari para pendukungnya, meskipun mereka menyerang Trump atas penolakannya menghadiri lima sesi debat yang diadakan sebelum ini, di mana mereka menghadirinya secara langsung.

Mereka mencela Trump karena meningkatnya hutang nasional selama masa jabatannya di Gedung Putih, dan kegagalannya membangun tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko seperti yang dia janjikan dalam kampanye pada 2016 untuk mengekang migran agar tidak menyeberang. [ns/ab]