Penggunaan kekuatan militer yang mungkin dilakukan Presiden Amerika Donald Trump untuk menggulingkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro meningkatkan kekhawatiran tentang potensi jatuhnya korban jiwa dan konsekuensi lain yang tidak diinginkan akibat keterlibatan pasukan Amerika dalam konflik lain di luar negeri.
Wartawan VOA Brian Padden melaporkan meskipun para pendukung opsi ini mengatakan hanya “kekuatan koersif” yang dapat membuat Presiden Nicolas Maduro mundur, mereka yang menentang opsi ini menilai tindakan Amerika justru dapat meningkatkan dukungan bagi pemimpin sosialis itu.
Presiden Amerika Donald Trump telah mengatakan bahwa penggunaan kekuatan militer di Venezuala merupakan “suatu opsi” tetapi dalam pidato kenegaraannya Selasa lalu (5/2) ia juga menekankan bahwa Kongres perlu menurunkan keterlibatan militer yang menelan banyak anggaran di seluruh dunia.
“Sebagai calon presiden dulu, saya pernah menekankan pendekatan baru. Negara besar tidak terlibat perang yang tidak ada habisnya,” kata Trump.
Amerika, sebagian negara-negara di Amerika Latin dan Eropa telah mengakui pemimpin Majelis Nasional Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara negara itu.
Mereka menilai Presiden Nicolas Maduro tidak memiliki legitimasi karena berbuat curang dalam pemilu presiden tahun lalu.
Kebijakan-kebijakan sosialis Maduro telah membuat perekonomian negara yang kaya minyak itu menuju kehancuran, dengan terjadinya inflasi yang luar biasa besar, kelangkaan makanan dan obat-obatan, kemiskinan dan jutaan orang melarikan diri ke luar negeri.
Pemerintah Trump telah meningkatkan tekanan ekonomi dengan membekukan pendapatan Venezuela dari minyak, guna mendorong mundurnya Maduro.
Mereka yang mendukung opsi penggunaan kekuatan militer mengatakan hal ini mungkin perlu dan akan disambut oleh sebagian besar warga Venezuela untuk menyingkirkan pemerintahan Maduro yang diduga terlibat perdagangan narkoba.
Pengamat politik di The Heritage Foundation Ana Quintana mengatakan, “Hal ini tampaknya semakin disukai banyak warga Venezuela. Kekuatan koersif dinilai sebagai sebagai satu-satunya cara untuk menyingkirkan pemerintahan kriminal itu.”
Sementara mereka yang menentang opsi itu menilai krisis kemanusiaan di Venezuela tidak menimbulkan ancaman keamanan bagi Amerika.
Your browser doesn’t support HTML5
Sebuah catatan dengan tulisan tangan “5.000 personil pasukan ke Kolombia” terlihat dalam catatan Penasehat Keamanan Nasional John Bolton ketika mendampingi Presiden Trump dalam sebuah konferensi pers beberapa pekan lalu. Hal ini memicu spekulasi bahwa pasukan Amerika mungkin akan diterjunkan ke perbatasan Kolombia dengan Venezuela.
Pakar politik di US Army War College Evan Ellis mengatakan, “Kemungkinan yang terbayang adalah apakah pasukan perlu dikirim ke Venezuela dan melakukan operasi kemanusiaan, atau dikirim untuk melakukan jenis operasi lain – seperti melindungi anggota-anggota pemerintahan atau Majelis Nasional pimpinan Juan Guaido yang berisiko.”
Tetapi operasi yang sangat fokus pun beresiko melibatkan Amerika dalam konflik berkepanjangan dengan militer Venezuela dan dapat meningkatkan dukungan bagi Maduro di dalam negeri dan di kawasan itu.
Analis Amerika Latin di Center for Economic & Policy Research, Alexander Main, mengatakan, “Jika tujuan Gedung Putih adalah terjadinya perubahan rezim di Venezuela, mereka seharusnya juga mempertimbangkan bahwa tindakan itu mungkin akan menjadi bumerang bagi warga Amerika di Venezuela dan di kawasan itu.”
Kanada dan negara-negara besar di Amerika Latin juga telah mengingatkan tentang penggunaan kekuatan militer di Venezuela. (em)