Presiden Amerika Donald Trump hari Senin (21/5) akan memerintahkan penyelidikan untuk mencari “sumber rahasia” dalam badan penyidikan federal atau FBI, yang menurutnya telah menyusup ke dalam tim kampanye pemilunya tahun 2016. Langkah ini akan membuka kemungkinan konfrontasi besar antara Trump dan Departemen Kehakiman yang mengatasi kegiatan FBI.
Presiden Trump hari Minggu (20/5) mengirim pesan Twitter dari Gedung Putih dan mengatakan, “Dengan ini saya menuntut, dan akan melakukannya besok, supaya Departemen Kehakiman menyelidiki apakah FBI atau Departemen Kehakiman telah menyusupi dan memantau kampanye Trump untuk tujuan-tujuan politik, dan apakah langkah-langkah atau permintaan seperti itu dilakukan oleh para pejabat dalam pemerintahan Obama!”
Hanya dalam waktu beberapa menit, para mantan pejabat pemerintahan Obama memberikan reaksi keras, karena melihat ancaman Trump itu sebagai campur tangan paling gawat dalam sistem judisial Amerika, khususnya karena Presiden tahun lalu memecat direktur FBI James Comey, yang waktu itu sedang menyelidiki tim kampanye Trump sehubungan adanya tuduhan keterlibatan dengan Rusia.
Tuduhan Trump itu berbahaya bagi demokrasi Amerika, karena dengan begitu Presiden “secara resmi membongkar dinding pemisah antara bidang eksekutif dan yudikatif, suatu hal yang sangat penting bagi pelaksanaan rule of law,” kata Ned Price, pejabat pemerintahan Obama kepada VOA.
“Trump melakukan hal ini untuk kepentingannya sendiri,” tukas Ned Price, mantan pejabat Dinas Intelijen Pusat Amerika atau CIA, yang pernah bertugas dalam Dewan Keamanan Nasional Amerika atau NSC.
Mantan juru bicara NSC Tommy Vietor mentweet: “Tindakan ini berarti melanggar garis merah yang sangat penting. Trump agaknya akan memaksa Departemen Kehakiman untuk mengadakan penyelidikan yang bersifat politik, sesuatu yang ia sendiri pernah mengatakan tidak akan dilakukannya.”
Masih belum jelas apakah Trump akan minta diadakan penyelidikan secara umum atau minta Departemen Kehakiman supaya mengumumkan dokumen-dokumen tertentu tentang pekerjaan FBI dan bidang kontra-intelijen, atau menunjuk sumber-sumber laporannya.
Dua bulan yang lalu Inspektur Jenderal Departemen Kehakiman Michael Horovitz mengumumkan ia akan menyelidiki sejumlah pemantauan atas penasihat kampanye Trump, Carter Page.
“Tidak diragukan” bahwa Trump punya kekuasaan untuk melakukan hal itu, kata Benyamin Wittes, pejabat senior pada Brookings Institution yang mengkhususkan diri pada undang-undang keamanan Amerika.
Wittes dalam serangkaian pesan Twitternya mengatakan, ia yakin bahwa Jaksa Agung Jeff Sessions, Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein dan Direktur FBI Christopher Wray tidak akan menjalankan perintah Trump itu. [ii]