Trump Tegaskan Kembali Janji Terkait Imigran Gelap di AS

Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump dalam kampanye di Phoenix, Arizona, 31 Agustus 2016. (REUTERS/Carlo Allegri)

Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump membeberkan serangkaian sasaran dalam pidato di Phoenix, Arizona, Rabu malam (31/8).

Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump menegaskan kembali janji yang sudah lama dipegangnya untuk menindak imigran gelap yang tinggal di Amerika, menghapus spekulasi selama beberapa minggu ini bahwa sikapnya melunak dalam masalah tersebut.

Miliarder pengembang real estate itu membeberkan serangkaian sasaran dalam pidato yang penuh gairah Rabu malam (1/9) di Phoenix, Arizona, dimulai dengan janji penting untuk membangun tembok sepanjang 3.200 kilometer di perbatasan Amerika Serikat dengan Meksiko.

"Dan Meksiko akan membayar tembok itu,100 persen. Mereka belum tahu tapi mereka akan membayar tembok itu. Mereka rakyat yang baik dan pemimpin yang baik tapi mereka akan membayar tembok itu. Pada hari pertama saya menjabat presiden, kita akan mulai menggarap sebuah tembok perbatasan di selatan yang secara fisik tidak bisa ditembus, tinggi, kuat, dan indah," kata Donald Trump.

Trump juga berjanji untuk membentuk satuan tugas khusus baru yang akan mendeportasi semua imigran gelap dari Amerika Serikat ke negara asal mereka.

"Prioritas penegakan kita akan mencakup pengusiran penjahat, anggota geng, yang ancaman keamanan, orang yang tinggal melebihi batas waktu masa berlakunya visa, yang membebani negara. Mereka yang mengandalkan tunjangan kesejahteraan masyarakat atau mengikis jaring pengaman sosial bersama dengan jutaan pendatang gelap baru-baru ini dan tinggal melebihi batas waktu, yang pernah datang ke sini di bawah pemerintahan saat ini yang korup," lanjutnya.

Nada pidato Trump yang agresif sangat berbeda dengan penampilan tenang sebelumnya Rabu dalam konferensi pers bersama Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto di Mexico City.

Trump mengatakan kepada wartawan bahwa ia dan Pena Nieto tidak membahas apakah AS atau Meksiko akan membayar tembok yang diusulkan. Namun dalam serangkaian pesan Twitter, pemimpin Meksiko itu bersikeras dia mengatakan kepada Trump bahwa negaranya tidak akan membayar pembatas itu.

Mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, lawan Trump dari Partai Demokrat dalam pemilihan presiden November, memberitahu sekelompok veteran militer hari Rabu bahwa perjalanan singkat Trump ke Meksiko tidak mencerminkan kualitas kepemimpinan yang baik oleh seorang presiden AS.

"Ini lebih dari sekedar kesempatan berfoto, dibutuhkan konsistensi dan keandalan. Sebenarnya ini seperti membangun hubungan pribadi. Orang harus mulai mengenal bahwa mereka dapat mengandalkan Anda, bahwa Anda tidak akan mengatakan satu hal hari ini dan sesuatu yang sama sekali berbeda hari berikutnya, dan tentu perlu lebih dari sekedar berusaha menebus penghinaan dan sindiran selama satu tahun dengan singgah di negara tetangga kita selama beberapa jam dan kemudian terbang pulang. Cara kerjanya bukan begitu," kata Hillary Clinton.

Trump memenangkan banyak dukungan selama berkampanye dengan retorika yang menurut Pena Nieto menyakitkan rakyat Meksiko. Trump mengatakan tetangga selatan Amerika Serikat itu mencuri pekerjaan, mengirimkan pemerkosa dan penjahat dan pembunuh ke seberang perbatasan dan tidak banyak bertindak untuk menghentikan imigran ilegal.

Calon Partai Republik itu juga berjanji akan mengakhiri pendanaan untuk yang disebut "kota suaka" yang melindungi imigran gelap, dan membatalkan perintah eksekutif Presiden Barack Obama yang akan memungkinkan lebih dari empat juta imigran gelap menetap di Amerika Serikat. [lt]