Trump Menang Pemilu Amerika 2024

Capres yang diusung Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, Melania Trump, dan Barron Trump tiba untuk memberi sambutan pada malam nobar pemilu, di West Palm Beach, Florida, Rabu, 6 November 2024. (Foto: Evan Vucci/AP Photo)

Dalam pertarungan yang berlangsung ketat, Trump meraup setidaknya 277 dari 538 suara elektoral pada pemilu Selasa (5/11).

Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengalahkan Wakil Presiden Kamala Harris untuk meraih masa jabatan baru selama empat tahun sebagai pemimpin negara adidaya itu.

Dalam pertarungan yang berlangsung ketat, Trump meraup setidaknya 277 dari 538 suara elektoral dalam Selasa (5/11). Dengan perolehan itu, Trump menggenggam suara mayoritas yang diperlukan untuk menjadi pemimpin Amerika pertama yang memenangi masa jabatan tidak berturut-turut sejak 1890-an.

Harris, calon presiden dari Partai Demokrat yang masuk dalam bursa pencalonan setelah Presiden Joe Biden mundur pada Juli, berupaya menjadi perempuan pertama yang terpilih menjadi presiden Amerika.

Your browser doesn’t support HTML5

Trump speaks to supporters in Florida

Trump mengklaim kemenangan pada Rabu (6/11) pagi sambil mengucapkan terima kasih kepada para pendukungnya pada acara di Florida.

“Ini adalah gerakan yang belum pernah dilihat sebelumnya, dan sejujurnya, saya yakin ini adalah gerakan politik terbesar sepanjang masa,” kata Trump.

Dia berjanji untuk “memperbaiki perbatasan kita” dan “memperbaiki segala sesuatu di negara kita.”

Trump juga mengatakan dia akan berupaya mewujudkan “Amerika yang kuat, aman, dan sejahtera.”

Seorang pejabat kampanye Harris mengatakan kepada kerumunan pendukungnya di Washington bahwa Wakil Presiden Amerika itu tidak akan berpidato di pertemuan tersebut dalam semalam. Namun Harris direncanakan akan memberikan pernyataan pada Rabu malam.

Dalam sistem pemilu Amerika Serikat, di mana pemilihan presiden dihitung berdasarkan serangkaian pemilihan negara bagian, baik Harris maupun Trump dengan cepat dinyatakan sebagai pemenang setelah pemungutan suara ditutup pada Selasa (5/11) di negara-negara bagian di mana partai mereka memperoleh dengan jelas meraup dukungan mayoritas. Sementara itu, tujuh negara bagian yang disebut sebagai medan pertempuran diperkirakan akan memberikan keseimbangan dan menentukan pemenangnya.

Para pengunjung menyaksikan siaran langsung ABC News mengenai hasil pemilu Amerika di Times Square, New York, Rabu, 6 November 2024. (Foto: Yuki Iwamura/AP Photo)

Pada akhirnya, kemenangan Trump di Pennsylvania, Georgia, North Carolina, dan Wisconsin-lah yang memberinya keuntungan.

Keberhasilan Partai Republik pada Selasa (5/11), menjalar ke Kongres, di mana partai tersebut memenangkan kembali mayoritas di Senat dengan setidaknya 51 dari 100 kursi. Kendali Dewan Perwakilan Rakyat, yang saat ini dipegang oleh Partai Republik, belum diputuskan pada Rabu (6/11) pagi.

Trump menjabat pada 2017-2021, tetapi gagal mempertahankan jabatannya setelah kalah dari Biden dalam pemilu 2020. Trump secara keliru terus menegaskan bahwa dia memenangi pemilu 2020. Sikap Trump yang menyangkal hasil pemilu itu turut memicu serangan terhadap gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021 oleh massa pendukungnya yang mengganggu penghitungan resmi hasil pemilu 2020.

Trump dan sekutunya juga mengajukan sejumlah gugatan hukum setelah pemilu 2020. Hakim negara bagian dan federal akhirnya menolak lebih dari 50 tuntutan hukum yang diajukan.

Sejak tidak lagi menjabat, Trump divonis bersalah atas 34 dakwaan terkait pembayaran uang suap yang diberikannya kepada seorang aktris film dewasa menjelang pemilu 2016. Pembacaan vonis hukuman untuk kasus tersebut dijadwalkan pada 26 November. Trump juga didakwa dalam tiga kasus lainnya, termasuk dua kasus yang menuduhnya mencoba membatalkan pemilu pada 2020 secara ilegal dan tuduhan lainnya bahwa ia membawa ratusan dokumen ke kediamannya di Florida.

Trump dijadwalkan akan dilantik sebagai presiden untuk masa jabatan baru pada 20 Januari 2025.

Trump memberlakukan serangkaian tarif terhadap impor China di tengah perang dagang dengan China selama pemerintahan sebelumnya.

Vincent Wang, dekan fakultas seni dan sains di Universitas Adelphi, kepada VOA Seksi Bahasa Mandarin mengatakan China tidak akan bersikap agresif seperti jika Harris menang.

“Jika Trump terpilih, saya rasa China mungkin tidak akan berani, karena dia tidak membaca draf, dia sudah mengatakan kata-kata kasar. Jika dia bangun hari ini, dia mungkin akan mengatakan akan menaikkan tarif sebesar 200 persen. Jika dia bangun besok, dia mungkin ingin mengebom Beijing. Jadi saya rasa apa yang disebut sikap pertahanan ala Trump ini, sebaliknya, akan membuat mereka sedikit lebih terkendali,” kata Wang pada hari Selasa. [ft/rs], [my/lt]