Presiden Donald Trump semakin menekan bank sentral AS atau The Fed agar menurunkan suku bunga. Trump mengatakan perlambanan ekonomi Amerika adalah karena ulah Bank Sentral dan bukan akibat sengketa dagang dengan China.
“Mereka harus memotong suku bunga lebih besar dan lebih cepat,” kata Trump dalam serangkaian cuitan pada Rabu (7/8) pagi, satu minggu setelah Fed memotong suku bunga utama untuk pertama kalinya dalam satu dekade.
Ditambahkannya, “Masalah kita bukan China, masalah kita adalah Fed yang terlalu pongah untuk mengakui kesalahan mereka yang terlalu ketat.”
Trump sering mengkritik The Fed dan cuitan terakhir ini menuntut Bank Sentral memotong suku bunga guna mendongkrak ekonomi Amerika sebelum pemilihan presiden 2020.
Meskipun ekonomi Amerika masih mengalami pertumbuhan, tetapi lajunya lebih lamban. Ekonomi tumbuh hanya 2,1 persen dalam kuartal kedua, jauh lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya, demikian menurut US Bureau of Economic Analysis.
BACA JUGA: 4 Mantan Kepala The Feds Kritik Campur Tangan Trump dalam Pembuatan KeputusanKecemasan semakin besar dengan perlambanan ekonomi sehingga memicu investor untuk menjual saham serta mengalihkan dana mereka ke surat-surat berharga yang tidak berisiko tinggi, meskipun pengembaliannya lebih rendah.
Banyak analis pasar menduga Fed akan memotong suku bunga lagi pada September, dan kemungkinan dua kali lagi sebelum tahun berakhir.
Perang dagang dengan China telah menimbulkan keprihatinan akan terjadinya perlambanan baik ekonomi Amerika maupun global. Gubernur Fed Jerome Powell mengatakan, penurunan suku bunga baru-baru ini dilakukan akibat ketidak pastian yang muncul seputar kebijakan perdagangan Amerika.
Sementara Trump mengecam Fed, empat mantan pemimpin bank sentral mendukung kebebasan dan pemisahan dari eksekutif lembaga itu. Dalam kolom opini Senin di Wall Street Journal, Ben Bernanke, Alan Greenspan, Paul Volcker, dan Janet Yellen mengatakan, ekonomi Amerika kuat dan berfungsi sangat baik kalau Fed bisa bertindak secara independen dan didasarkan pada data dan prinsip ekonomi yang wajar.
“Persepsi bahwa keputusan moneter dimotivir oleh politik atau dipengaruhi ancaman pemecatan penyusun kebijakan, bisa memperlemah kepercayaan publik bahwa Fed itu bertindak demi kepentingan terbaik ekonomi. Hal ini bisa mengarah pada pasar finansial tidak stabil dan hasil ekonomi lebih buruk,” demikian isi tulisan para mantan pemimpin The Fed itu.
Trump dilaporkan membahas kemungkinan untuk memecat Powell dari jabatannya, sehingga memunculkan pertanyaan dengan kebebasan yang dimiliki bank sentral. Powell secara berulangkali telah menekankan komitmen Fed pada kebebasan lembaga itu dan katanya dia bermaksud menyelesaikan masa jabatan empat tahunnya di sana. (jm)