Calon presiden AS Donald Trump menuding saingannya Kamala Harris sebagai seorang anti-Semit yang berencana mengizinkan pembunuhan bayi baru lahir. Hal tersebut diutarakan Trump, Jumat (26/7), dalam sebuah pidato untuk merebut dukungan kaum religius, tetapi tenyata melenceng dari rencana semula.
Harris, wakil presiden yang menikah dengan seorang pria Yahudi, berhasil mengungguli Trump dalam jajak pendapat sejak ia menggantikan Joe Biden di posisi teratas tiket Demokrat beberapa hari lalu.
Dalam pidatonya di sebuah konvensi keagamaan di Florida Selatan, Trump banyak memanfaatkan kesempatan untuk menyerang catatan Harris sebagai senator dan wakil presiden Biden. Namun, banyak dari serangannya ternyata merupakan fitnah yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Trump menuduh Harris tanpa bukti, sebagai penganut anti-semitisme, setelah ketidakhadirannya dalam pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Kongres AS pada Rabu. Padahal, Harris absen karena memang berhalangan hadir.
"Dia tidak menyukai orang Yahudi. Dia tidak menyukai Israel. Begitulah adanya, dan akan selalu seperti itu. Dia tidak akan berubah," katanya.
Pernyataan tersebut menunjukkan retorika Trump yang semakin provokatif. Hal itu terjadi beberapa hari setelah tim kampanyenya mengatakan bahwa percobaan pembunuhan terhadap Trump membuat ia mengalihkan fokusnya pada persatuan. Trump pada Rabu (24/7) di North Carolina juga menuding Harris sebagai sosok yang "benar-benar menentang orang Yahudi.”
Pidato selama satu jam yang diadakan pada Jumat (26/7) oleh Turning Point Action, sebuah kelompok berhaluan kanan garis keras, menimbulkan pertanyaan valid mengenai pernyataan Harris sebelumnya tentang kepolisian, imigrasi, dan lingkungan. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Harris berada di posisi yang berbeda dengan kebijakan pemerintahan Biden saat ini.
Namun, pidato itu dipenuhi dengan bumbu-bumbu yang hiperbola dan informasi yang tidak akurat.
Eksekusi Bayi
Trump—terpidana dengan banyak dakwaan tambahan—tanpa dasar menuduh bahwa Departemen Kehakiman dan FBI "menangkap" orang-orang Kristen dan aktivis anti-aborsi serta memenjarakan mereka karena "keyakinan agama" mereka.
Ia juga menyebut keputusan Biden untuk mundur dari bursa capres sebagai sebuah "kudeta" oleh Demokrat dan mengatakan bahwa AS menjadi "bahan tertawaan."
BACA JUGA: Barack dan Michelle Obama Dukung Kamala HarrisNamun, ia mengekspresikan kebenciannya yang paling mendalam terhadap Harris, menyebutnya "gelandangan" dan wakil presiden yang gagal. Ia juga menuduh Harris menolak hakim federal karena mereka beragama Katolik. Harris juga disebut akan mengangkat "penganut Marxisme garis keras" untuk menduduki posisi di Mahkamah Agung.
Trump juga secara keliru menuduh Harris ingin memaksa dokter memberikan obat kimia kepada anak-anak untuk tujuan kebiri dan menyatakan bahwa Harris mungkin akan berbuat curang untuk memenangkan pemilihan pada November.
"Jika Kamala Harris berhasil, mereka akan membuat undang-undang federal untuk aborsi, untuk mengeluarkan bayi dari rahim pada bulan kedelapan, kesembilan, dan bahkan setelah lahir -- mengeksekusi bayi setelah lahir," klaimnya.
Trump (78 tahun) merupakan calon tertua dari partai besar dalam sejarah. Ia berusaha mengubah strategi kampanyenya agar dapat berhadapan dengan pesaing yang berusia 20 tahun lebih muda. Sebelumnya, Trump diperkirakan akan berhadapan dengan Biden (81 tahun).
Minggu lalu, mantan bintang TV realitas itu dielu-elukan bagai pahlawan. Ia juga masuk dalam nominasi presiden resmi dalam keadaan tenang pada konvensi Partai Republik di Milwaukee.
Puncak Kejayaan
Puncak kejayaan Trump terjadi seminggu setelah seorang pria bersenjata hampir membunuhnya di sebuah acara kampanye di Butler, Pennsylvania. Trump berjanji untuk memperingati insiden luar biasa tersebut pada Jumat dengan acara baru yang "besar dan indah" di kota itu, meskipun ia tidak menyebutkan tanggalnya.
Berupaya menjadi presiden perempuan pertama dalam sejarah AS, Harris harus segera menyiapkan kampanye untuk menghadapi lawan yang hampir selalu terpilih kembali sejak menjabat pada 2016.
Pendahulu Trump, Barack Obama, menjanjikan dukungan untuk Harris pada Jumat menyusul hasil jajak pendapat yang menunjukkan bahwa Harris berhasil memangkas jarak yang dibangun Trump atas Biden, menjadikan persaingan dalam bursa capres AS semakin ketat secara statistik.
Sebelum terpilih sebagai wakil presiden perempuan pertama serta wakil presiden kulit hitam dan Asia Selatan pertama di negara tersebut, Harris menyoroti hukuman pidana Trump. Ia menyebutnya sebagai serangan Partai Republik terhadap "kebebasan yang diperjuangkan dengan keras" dalam masyarakat AS. [ah/ft]