Dua puluh orang masih dirawat intensif di sejumlah rumah sakit di Bangkok pada Rabu (22/5), setelah insiden menakutkan yang dialami Singapore Airlines kemarin. Dalam penerbangan dari London menuju Singapura itu, seorang penumpang berusia lanjut meninggal dan lebih dari 100 lainnya terluka.
Penerbangan Singapore Airlines SQ321 mengalami “turbulensi ekstrem tiba-tiba” di atas wilayah Myanmar pada Selasa. Di tengah penerbangan, pesawat tiba-tiba naik kemudian menukik beberapa kali.
Salah satu penumpang mengatakan, mereka terlempar di dalam kabin begitu kerasnya, hingga menimbulkan penyok di langit-langit pesawat. Drama yang terjadi di ketinggian 11.300 meter atau 37 ribu kaki itu, menyebabkan puluhan penumpang mengalami luka kepala.
BACA JUGA: Beberapa Jam Setelah Dihantam Turbulensi, Lebih dari 140 Penumpang dan Awak Pesawat Tiba di SingapuraFoto-foto dari dalam pesawat memperlihatkan situasi kacau, penuh dengan tumpahan makanan, botol minuman dan koper, dengan masker oksigen tergantung dari langit-langit.
Pesawat itu, membawa 211 penumpang dan 18 kru, melakukan pendaratan darurat di Bandara Suvarnabhumi Bangkok. Di lokasi ini, staf medis menggunakan brankar untuk mengangkut mereka yang terluka ke ambulans yang menunggu di landasan.
“Saya terlempar ke langit-langit ketika pesawat terjun, begitu juga saya,” salah satu penumpang mengatakan kepada media Australia pada Rabu setelah tiba di Sydney.
“Saya kemudian jatuh ke lantai cukup keras dan semua makanan untuk sarapan serta gelas terlempat ke atas juga. Kru juga sedang menyiapkan sarapan untuk semua penumpang, jadi mereka mengalami luka paling parah,” tambah dia.
Seorang pria Inggris berusia 73 tahun meninggal dan 104 orang terluka dalam penerbangan ini.
BACA JUGA: Satu Penumpang Tewas Saat Singapore Airlines Alami Turbulensi ParahSalah satu rumah sakit di Bangkok mengatakan pada Rabu, bahwa staf mereka sedang atau telah merawat 85 orang yang terluka, termasuk 20 orang yang dibawa ke unit perawatan intensif.
Keduapuluh orang itu berasal dari Australia, Inggris, Hong Kong, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, dan Filipina, kata RS Samitivej, tanpa merinci berapa yang penumpang dan berapa yang kru. [ns/jm]