Uni Eropa dan AS hari Selasa (4/8) mendesak Turki untuk menahan diri dari serangan udara intensif terhadap para pemberontak Kurdi, meskipun para pemberontak itu menewaskan dua lagi tentara Turki dan seorang satpam.
Baik Uni Eropa dan AS mengatakan Ankara berhak membela diri dari serangan yang dilancarkan oleh Partai Pekerja Kurdi (PKK) di Turki tenggara dan Irak utara. Tetapi komisioner perluasan Uni Eropa, Johannes Hahn, mengatakan respon Turki “harus proporsional, tepat sasaran dan tidak membahayakan dialog politik demokratis.”
Departemen Luar Negeri AS menyerukan PKK untuk “meninggalkan cara-cara kekerasan dan kembali terlibat dalam perundingan” dengan Turki, tetapi juga mengatakan Ankara harus “membalasnya secara proporsional” lewat serangan udara.
Sumber-sumber keamanan Turki mengatakan para pemberontak Kurdi meledakkan sebuah kendaraan militer hari Selasa di Turki tenggara, menewaskan tentara dan satpam itu.
Ledakan itu terjadi dekat Arakoy di provinsi Sirnak, dimana para pejabat keamanan mengatakan para anggota PKK meledakkan sebuah bom pinggir jalan ketika kendaraan itu melintas.
Serangan itu adalah yang terbaru dalam serangkaian kekerasan antara PKK dan pasukan Turki dalam beberapa pekan terakhir. Sejak 20 Juli, serangan PKK telah menewaskan sedikitnya 18 personil keamanan Turki, sementara Turki mengatakan telah menewaskan sedikitnya 260 pemberontak PKK.
Turki telah melancarkan serangan udara selama hampir dua minggu, menarget para pemberontak di Turki dan di perbatasan di Irak utara.
Presiden Irak Kurdistan, Massud Barzani, mendesak kedua pihak untuk melanjutkan kembali proses perdamaian awal pekan ini. Dia mengatakan PKK harus mundur dari Irak Kurdistan dan mengecam serangan udara Turki.
PKK telah memerangi Turki sejak tahun 1984 dalam konflik yang telah menewaskan sekitar 40 ribu orang.