Seruan mengemuka di Turki, Rabu (14/2), untuk menutup sebuah tambang emas kontroversial, ketika harapan untuk menyelamatkan sembilan pekerja yang terjebak oleh tanah longsor besar yang melanda tambang terbuka di negara mereka, telah memudar.
Para pejabat, Rabu (14/2) juga melaporkan penangkapan empat orang, termasuk manajer tambang terbuka itu, pada tahap awal penyelidikan mereka atas kecelakaan tersebut.
Ratusan anggota tim penyelamat telah melakukan pencarian di area tambang yang dipenuhi sianida di Turki timur sejak Selasa (13/2), ketika 10 juta meter kubik lumpur tiba-tiba longsor dari sebuah penampungan air.
Perhimpunan Dewan Insinyur dan Arsitek Turki, mendesak pemerintah untuk segera menutup tambang tersebut, dan mengatakan bahwa peringatan yang telah diberikan sebelumnya, mengenai bencana yang mungkin terjadi, tidak dihiraukan.
“Semua yang bertanggung jawab atas bencana ini harus dimintai pertanggungjawaban di muka hukum,” kata lembaga ini dalam sebuah pernyataan.
“Semua laporan dampak lingkungan harus dibatalkan dan pabrik harus segera ditutup,” tambah mereka.
Para aktivis lingkungan khawatir, bahwa sianida dan asam sulfat yang digunakan dalam proses ekstraksi emas, dapat menyebar ke Sungai Eufrat, yang mengalir dari Turki ke negara tetangga Suriah dan Irak.
Kementerian Lingkungan Hidup Turki mengatakan, pihaknya telah menutup aliran air yang mengalir dari tampungan air tersebut ke Sungai Eufrat, sebagai tindakan pencegahan, dan menambahkan bahwa sejauh ini tidak ada kebocoran polusi yang terdeteksi.
Namun Ilic Nature and Environment Platform, sebuah kelompok aktivis lokal, mengatakan aliran air tersebut telah bercampur dengan air Sungai Eufrat.
“Jangan tutup sungai, tutup tambangnya,” kata kelompok itu.
Para aktivis lingkungan hidup dan pejabat setempat berusaha menutup tambang terbuka tersebut, setelah terjadi kebocoran sianida pada 2022 yang disebabkan oleh pipa yang pecah.
Tambang tersebut ditutup selama beberapa bulan, tetapi kemudian dibuka kembali setelah operatornya membayar denda, sehingga memicu protes dari partai oposisi Turki.
Pengadilan Turki kemudian mendenda perusahaan tersebut sebesar 16,5 juta lira Turki atau setara 540 ribu dolar AS, dengan nilai tukar saat ini, yang menurut media Turki, merupakan jumlah denda maksimum.
Namun tidak ada tindakan lebih lanjut yang diambil terhadap tambang tersebut dan tuntutan warga lokal untuk menutupnya gagal.
Tambang ini dijalankan oleh perusahaan swasta Anagold, yang telah mengekstraksi emas di wilayah tersebut sejak 2010.
Delapan puluh persen saham Anagold dimiliki oleh SSR Mining yang berbasis di Denver, dan 20 persen oleh Lidya Mining.
Saham SSR Mining turun tajam pada Selasa. [ns/lt]