Ratusan warga Turki yang mencari perlindungan dari serangan Israel terhadap kelompok bersenjata Hizbullah, dievakuasi dari Lebanon pada Kamis (10/10), dengan menggunakan dua kapal milik angkatan laut Turki.
Kedua kapal itu, TCG Sancaktar dan TCG Bayraktar, juga mengirim 300 ton bantuan kemanusiaan termasuk makanan, selimut dan tenda setibanya di pelabuhan Beirut pada Rabu (9/10).
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan, kapal-kapal itu membawa 878 warga Turki, 24 warga Siprus Turki yang berasal dari Siprus utara, serta 64 kerabat dekat mereka.
Duta Besar Turki untuk Lebanon, Ali Baris Ulusoy, mengatakan kepada kantor berita resmi Turki Anadolu pada Rabu bahwa sekitar 13.000 hingga 14.000 warga Turki tinggal di Lebanon. Dari jumlah itu, 2.000 warga Turki telah mengajukan permohonan evakuasi terbaru.
“Negara kami akan terus memberi bantuan kepada masyarakat di wilayah itu dalam menghadapi krisis kemanusiaan akibat perang yang disebarkan oleh Israel di wilayah tersebut. Turki akan terus melindungi nyawa dan harta benda warganya di luar negeri,” tulis Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, di platform media sosial X.
BACA JUGA: Israel Klaim Tewaskan 2 Komandan Hizbullah Dalam Serangan Udara di LebanonFidan mengatakan bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menurunkan perintah evakuasi bagi warganya.
Setelah masa yang relatif tenang, Hizbullah mulai menembakkan roket ke Israel, menyusul serangan teror Hamas pada 7 Oktober 2023 ke wilayah Israel Selatan, menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi di kedua sisi perbatasan dan berujung pada eskalasi yang terjadi saat ini.
Konflik antara Israel dan Hizbullah baru-baru ini meningkat karena Israel melancarkan operasi darat di Lebanon selatan dan mengebom daerah pinggiran selatan Beirut.
Eyup Sabri Kirgiz, insinyur asal Turki yang telah tinggaldi Lebanon sejak 2003, berada di antara warga yang menunggu di pelabuhan Beirut untuk dievakuasi. Kirgiz mengatakan situasi di Lebanon tidak pernah benar-benar tenang namun semua itu masih bisa diatasi hingga eskalasi yang terjadi saat ini.
"Tempat di mana kami tinggal dekat dengan area yang dibom. Setiap kali sebuah bom dijatuhkan, rumah kami bergetar, jendela terbuka dan pintu lalu berderit. Saya memiliki dua orang anak, dan tinggal bersama istri serta ibu mertua saya. Jadi, kami tidak bisa bertahan dalam situasi seperti itu lagi," ujar Kirgiz kepada VOA Layanan Turki sebelum menaiki salah satu kapal di Beirut. Selain memboyong keluarganya, Kirgiz juga mengangkut dua anjing dan seekor kura-kura miliknya. [ps/ka/rs]